Silsilah Mutiara Hikmah Salafiyyah Dalam TARBIYATUL AULAD

Silsilah Mutiara Hikmah Salafiyyah Dalam TARBIYATUL AULAD

1. PENDIDIKAN ANAK MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً)[/sc_typo_arabic]

Wahai orang-orang beriman JAGALAH DIRIMU dan KELUARGAMU (Isteri dan anak-anakmu) dari api neraka.” (at-Tahrim : 6)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] «كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا »[/sc_typo_arabic]

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN tentang apa yang dia pimpin. Seorang imam (penguasa) adalah pemimpin, akan dimintai pertanggungjawaban atau rakyat yang dia pimpin. Seorang pria (suami) adalah pemimpin keluarga (isteri dan anak-anaknya) dia pun akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin. Seorang wanita (isteri) adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin.” (HR. al-Bukhari 893, Muslim 4751)

Asy-Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
“Di antara hal terpenting terhadap anak-anak adalah MEMBERIKAN PERHATIAN terhadap mereka. Karena seseorang akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anaknya. Makna ayat (at-Tahrim : 6 di atas, pen) bahwa Allah mewakilkan/menyerahkan (tanggung jawab pendidikan) anak-anak kita kepada kita. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : “Seorang pria (suami) adalah pemimpin keluarga (isteri dan anak-anaknya) dia pun akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin.” Makwa WAJIB atas seorang pria (suami) untuk MEMPERHATIKAN ISTERI dan ANAK-ANAKNYA dengan perhatian yang lebih besar dibandingkan perhatiannya terhadap hartanya. Kita dapati sekarang, banyak orang yang perhatiannya terhadap harta lebih besar daripada perhatiannya terhadap anak. Kamu dapati ada di antara mereka yang begadang semalaman mengurus catatan-catatan harta dan dagangannya, dan tidak perhatian terhadap kondisi anak-anaknya. INI MERUPAKAN KESALAHAN FATAL!!” (Majmu Fatawa 25/235~236)

Asy-Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah juga mengatakan :
“Tidak akan terwujud penjagaan kita atas mereka dari api neraka kecuali dengan cara kita membiasakan kepada mereka mengerjakan amal-amal shalih dan meninggalkan amal-amal yang jelek. Hendaknya seorang ayah mengetahui, bahwa keshalihan anak-anaknya merupakan mashlahah untuknya di dunia dan di akhirat. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb 23/2)

2. AJARKANLAH ILMU DAN ADAB PADA DIRIMU DAN KELUARGAMU (Isteri dan anak-anakmu)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً)[/sc_typo_arabic]

Wahai orang-orang beriman JAGALAH DIRIMU dan KELUARGAMU (Isteri dan anak-anakmu) dari api neraka.” (at-Tahrim : 6)

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu tentang ayat tersebut berkata, “Ajarkanlah kepada dirimu dan keluargamu KEBAIKAN, dan ajarilah mereka ADAB.”(diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq, Sa’id bin Manshur, Ibnu Jarir, dan al-Hakim)

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah juga mengatakan, “Ajarilah mereka ADAB dan berilah mereka pengajaran (ilmu).” (lihat Tuhfatul Maulud 328)

‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Perbaikilah adab putramu, sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya, dan dia (putramu) akan dimintai pertanggungjawaban tentang sikap baik/baktinya kepadamu.” (diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

3. PARA NABI DAN ORANG-ORANG SHALIH BERDO’A MEMOHON DIBERI KETURUNAN YANG SHALIH

Nabi Zakariyya ‘alahis salam berdo’a :

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] ( هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) ) [آل عمران: 38][/sc_typo_arabic]

“Di sanalah Zakariya berdoa memohon kepada Rabbnya seraya berkata: “Ya Rabbi, berilah aku dari sisi Engkau SEORANG ANAK YANG BAIK. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (Ali ‘Imran : 38)

Al-Imam as-Sa’di mengatakan, “yaitu yang BERSIH AKHLAQNYA, baik ADABNYA, sehingga dengan keberadaan anak tersebut sempurnalah kenikmatan dunyawiyah dan diniyah.” (lihat Tafsir as-Sa’di)

Orang-orang shalih, dari kalangan ‘Ibadurrahman, berdoa kepada Allah :

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] ( وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74) ) [الفرقان: 74][/sc_typo_arabic]

(‘Ibadurrahman) adalah orang-orang yang berdo’a : “Ya Rabb Kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk pandangan, dan jadikanlah kami sebagai imam (pimpinan) bagi orang-orang yang bertaqwa. (al-Furqan : 74)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “yang mereka harapkan adalah isteri-isteri dan anak-anak yang melaksanakan ketaatan, dengan itu sejuklah pandangan mereka di dunia dan di akhirat.”

‘Ikrimah rahimahullah mengatakan, “Mereka tidak mengharapkan anak yang cantik atau pun tampan (secara fisik), namun mereka menginginkan ANAK-ANAK YANG TAAT.”

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan : “Orang-orang memohon kepada Allah agar mengeluarkan dari keturunannya, anak yang MENTAATI-Nya dan BERIBADAH KEPADA-Nya satu-satu tidak ada sekutu bagi-Nya.”
(lihat Tafsir Ibni Katsir pada ayat tersebut)

4. WASPADALAH….DI ANTARA ANAK-ANAKMU ADA YANG MENJADI MUSUH BAGIMU!!

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14)} [التغابن: 14][/sc_typo_arabic]

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isteri dan anak-anak kalian ada yang menjadi MUSUH BAGI KALIAN , maka WASPADAILAH MEREKA!!; dan jika kalian mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (at-Taghabun : 14)

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Ini merupakan PERINGATAN dari Allah terhadap kaum mukminin, agar JANGAN SAMPAI TERLENA DENGAN ISTERI-ISTERI DAN ANAK-ANAK. Karena sebagian mereka bisa menjadi MUSUH kalian. Musuh adalah pihak yang menginginkan kejelekan atas dirimu. Tugasmu adalah WASPADA dari pihak yang demikian kondisinya. Sementara jiwa itu terbentuk di atas perasaan cinta kepada isteri dan anak-anak. Maka Allah menasehati hamba-hamba-Nya, bahwa kecintan tersebut membuat mereka selalu mengikuti semua kemauan/tuntutan isteri dan anak-anak walaupun padanya terdapat pelanggaran-pelangaran syar’i.

Allah memberikan semangat kepada hamba-hamba-Nya untuk senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mengedepankan keridhaan-Nya, karena apa yang ada di sisi-Nya berupa pahala besar dan cita-cita yang tinggi serta kecintaan yang sangat mahal. Allah juga mendorong hamba-hamba-Nya lebih mengedepankan akhirat daripada dunia yang fana dan akan sirna ini.

Tatkala larangan dari menuruti isteri dan anak-anak dalam hal-hal yang memberikan madharat kepada seorang hamba serta peringatan darinya, mungkin dipahami sebagai perintah untuk bersikap keras terhadap mereka dan memberikan hukuman kepada mereka, maka Allah memerintahkan untuk :
▪ mewaspadai mereka,
▪ tidak memarahi, dan
▪ memaafkan mereka
Karena pada sikap tersebut terdapat banyak kemashlahatan yang tak terhitung.”
[ lihat Tafsir as-Sa’di ]

5. SADARILAH….BAHWA ANAK-ANAK ADALAH FITNAH ….

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] {إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (15)} [التغابن: 15][/sc_typo_arabic]

Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah fitnah (cobaan), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (at-Taghabun : 15)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah : “Harta dan anak-anak adalah fitnah, yakni UJIAN dan COBAAN dari Allah terhadap makhluk-Nya, untuk diketahui siapa yang mentaati-Nya dan siapa yang menentang-Nya.”
[ Tafsir Ibnu Katsir ]

Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah,
“Di antara yang semestinya bagi seorang mukmin ketika Allah anugrahkan padanya anak-anak, hendaknya dia sangat perhatian untuk bersyukur kepada Allah, berdo’a kepada Allah agar dijadikan sebagai anak shalih, dan semoga Allah tumbuhkan dia dengan pertumbuhan yang baik. Karena anak-anak adalah fitnah. Apabila Allah tumbuhkan dia dengan pertumbuhan yang baik dan Allah baikkan kondisinya, maka anak itu menjadi nikmat yang besar, baik anak laki maupun anak perempuan.”
[ Fatawa Nur ‘ala ad-Darb li Ibni Baz, hal. 18/237 ]

6. DIDIKLAH ANAKMU DENGAN TEPAT!! JANGAN JUSTRU ENGKAU MENJADI SUMBER KERUSAKAN BAGI ANAKMU!!

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, Betapa banyak orang tua yang justru MENCELAKAKAN anaknya—belahan hatinya—di dunia dan di akhirat (!!) karena TIDAK MEMBERI PERHATIAN dan TIDAK MEMBERIKAN PENDIDIKAN ADAB KEPADA ANAKNYA. Orang tua justru : membantu si anak menuruti semua keinginan syahwatnya. Ia menyangka bahwa dengan berbuat demikian berarti dia telah memuliakan si anak, padahal sejatinya dia telah menghinakannya. Bahkan, dia beranggapan, ia telah memberikan kasih sayang kepada anak dengan berbuat demikian. Akhirnya, ia pun tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan anaknya. Si anak justru membuat orang tua terluput mendapat bagiannya di dunia dan di akhirat. Apabila engkau meneliti kerusakan yang terjadi pada anak, akan engkau dapati bahwa KEBANYAKANNYA BERSUMBER DARI ORANG TUA. ”
(Tuhfatul Maudud hlm. 351)

7. TIDAK SEDIKIT ORANG TUA JUSTRU MENJADI SUMBER KERUSAKAN BAGI ANAK-ANAKNYA

Mayoritas anak menjadi rusak dengan sebab yang BERSUMBER dari orang tua, dan TIDAK ADANYA PERHATIAN mereka terhadap si anak, tidak adanya pendidikan tentang berbagai kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya. Orang tua telah menyia-nyiakan anak selagi mereka masih kecil, sehingga anak tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan orang tuanya ketika sudah lanjut usia. Ketika sebagian orang tua mencela anak karena kedurhakaannya, si anak menjawab, ‘Wahai ayah, engkau dahulu telah durhaka kepadaku saat aku kecil, maka aku sekarang mendurhakaimu ketika engkau telah lanjut usia. Engkau dahulu telah menyia-nyiakanku sebagai anak, maka sekarang aku pun menyia-nyiakanmu ketika engkau telah berusia lanjut’.” (Tuhfatul Maudud bi Ahkam al-Maulud hlm. 337)

Majmu’ah Manhajul Anbiya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button