Nasehat

Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia (2)

MUQADDIMAH

Kisah indah ini bermula dari telepon para ikhwah salafiyyin di Indonesia, meminta kepadaku untuk hadir dalam Daurah Ilmiah ke-4 yang mereka adakan, pada tahun ini (1429 H), yaitu pada awal Sya’ban selama 8 hari. Setelah bermusyawarah aku pun beristikharah kepada Allah. Akhirnya aku putuskan untuk berangkat.

Aku memilih untuk mengajarkan Kitabul ‘Ilmi dari kita Shahih Al-Bukhari, dan Kitabus Sunnah dari kita Sunan Abi Dawud. Kedua kitab tersebut, termasuk kitab yang aku baca (pelajari) di hadapan para masyaikh kami yang mulia ketika mereka ikut andil pada Daurah Ilmiah pertama yang diadakan di daerah Hafrul Bathin, Masjid Jami’ Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallah ‘anhuma. Daurah tersebut dilaksanakan pada awal bulan Rabi’uts Tsani tahun 1422 H. Kitabus Sunnah aku membaca (mempelajari)nya di hadapan Fadlilah Syaikhina Al-Muhaddits Mufti, Alim, dan Ahli Hadits di bagian selatan Kerajaan Saudi Arabia Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahullah rahmatan wasi’an. Sedangkan Kitabul ‘Ilmi baca (pelajari) di hadapan  Fadhilatu Syaikhina ‘Ubaid bin ‘Abdillah Al-Jabiri hafizhahullah.

Aku memulai perjalanan ilmiah ini pada hari Sabtu awal Sya’ban dari bandara Kuwait, yang aku telah memesan tiket perjalan dari sana. Kemudian transit ke bandara Abu Dhabi, lalu langsung ke bandara Jakarta, Indonesia. Perjalanan ini berlangsung selama tujuh 7 jam. Lalu menuju bandara Yogjakarta (Jogja) yang merupakan akhir perjalanan. Tiba pada malam Senin, tanggal 3 Sya’ban 1429 H. Dalam perjalanan ini aku ditemani oleh Al-Akh Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri hafizhahullah.

Sejak malam itu dimulailah sejumlah pelajaran dan muhadharah, terkhusus oleh Al-Akh Asy-Syaikh Khalid. Pelajaran dan muhadharah berlangsung hingga hari Sabtu, tanggal 8 Sya’ban 1429 H, yang dibagi antara kami bertiga : Asy-Syaikh DR. ‘Abdullah bin ‘Abdurrahim Al-Bukhari, n Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri, dan  aku sebagai penulis baris-baris ini (yakni Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhafiri).

Di sela-sela daurah tersebut, kami bertemu dengan saudara-saudara kita fillah dari para ikhwah Ahlus Sunnah, duduk bersama mereka, melihat mereka, dan mengetahui berita mereka yang mendinginkan dada orang yang beriman, membangkitkan harapan kepada Allah bahwasa Dia-lah penolong agama-Nya dan yang memenangkan sunnah Nabi-Nya meskipun para pembuat tipu daya dan makar dari kalangan para syaithan -baik syaithan manusia maupun jin- dan dari kalangan orang-orang kafir dan komunis, serta juga para ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu.

Pembahasanku pada baris-baris ini terbagi dalam lima pembahasan, yaitu:

  1. Tentang ikhwah (asatidzah) Ahlus Sunnah Salafiyyin panitia penyelenggara daurah dan para pengampu dakwah di sana.
  2. Tentang Daurah Ilmiah

Keduanya merupakan tujuan utama dari perjalanan.

  1. Tentang risalah-risalah yang selesai dibacakan selama perjalanan, serta faidah-faidah ilmiah yang terdapat di dalamnya tambahan tambahan keterangan yang penting.
  2. Tentang kondisi negeri tersebut, dan berbagai kenikmatan yang Allah berikan padanya berupa pemandangan yang indah dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang menakjubkan.
  3. Tentang apa yang aku lihat di sela-sela perjalanan ini berupa maksiat, penyimpangan, penentangan terhadap Allah, dan terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan kepada Allah, serta apa yang menjadi kewajiban bagi kaum muslimin, baik raykat maupun pemerintahnya, dalam menghadapi berbagai permasalahan tersebut.

Dengan memohon kepada Allah agar memberikan kekokohan kepada kita di atas Islam dan As-Sunnah, serta menjadikan kita sebagai pemberi petunjuk yang mendapatkan hidayah.

(bersambung insya Allah)

sumber : http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1470

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button