BARAKAH MAJELIS ‘ULAMA
Tidak hanya pihak yang berseberangan yang menjadi sasaran bidik celaan dan cercaan, pihak yang tidak mau membela siapa-siapa alias tawaqquf pun menjadi sasaran bidik celaan dan cercaan oleh Al-Hajuri dan para pengikutnya.
Salah seorang pentolan pengikut Al-Hajuri yang berada di ma’had Dammaj, bernama Muhammad Al-‘Amudi, menulis malzamah berjudul Al-Waqifah Hizbiyyah Mughallafah la lilhaq nasharu wa la lilbathili kassaru (Orang yang bertawaqquf adalah hizbiyyah terselubung, tidak mau membela al-haq dan tidak menghancurkan kebatilan).
Dalam malzamah tersebut Al-‘Amudi mencela orang-orang yang bertawaqquf dalam fitnah, yaitu tidak mau berpihak kepada siapa-siapa dalam fitnah di Yaman. Celaan terhadap orang-orang yang bersikap tawaqquf ini sebenarnya telah diucapkan sebelumnya oleh Al-Hajuri sendiri. Dan malzamah tersebut juga telah dibaca dan diizinkan disebarkan oleh Al-Hajuri, yang berarti Al-Hajuri setuju penuh dengan isinya. [1]
Dalam malzamah tersebut, Al-‘Amudi mencela dua ‘ulama kibar Ahlus Sunnah masa ini, yaitu Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi dan Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri -hafizhahumallah min kulli su’in wa makruh- bahwa kedua syaikh tersebut adalah a’da’us sunnah (musuh-musuh) sunnah.
Al-‘Amudi berkata dalam Al-Waqifah :
بل إننا نجدهم يميلون أشدّ الميل إلى أعداء السنة، أمثال الحية الرقطاء وغلاميه -الوصابي والجابري-
“Bahkan kita mendapati mereka (yakni orang-orang yang bertawaqquf) sangat condong kepada para musuh sunnah, seperti si ular belang (yakni Asy-Syaikh Abdurrahman) dan dua orang budaknya – Al-Wushabi dan Al-Jabiri – … .” [2]
Perhatikan, pengikut dan murid besar Al-Hajuri ini, mencela dua ‘ulama kibar, Asy-Syaikh Al-Wushabi dan Asy-Syaikh Al-Jabiri sebagai musuh-musuh sunnah!! Tentu saja, celaan tersebut ia tiru dari gurunya, Al-Hajuri.
© © ©
Ada satu peristiwa menarik untuk disebutkan di sini, yang di dalamnya terdapat pelajaran penting buat kita semua.
Bahwa ada dua orang, Muhammad Ba Jammal dan Abu Ishaq Asy-Syibami [3], berani lancang menyebutkan kritikan terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi -yang mereka istilahkan sebagai kesalahan– dan pada saat bersamaan mereka berdua menyarankan salafiyin untuk membaca malzamah “Al-Waqifah“ tulisan Al-‘Amudi yang telah direkomendasi oleh Al-Hajuri di atas.
Maka akibat perbuatannya tersebut, mereka berdua yang ta’ashshub Al-Hajuri harus berhadapan dengan dua gunung besar, yaitu An-Naqid Al-Bashir Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Al-Bura’i dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari hafizhahumallah.
Salah seorang hadirin berkata kepada Asy-Syaikh Al-Bura’i : “Wahai Syaikh, Abu Ishaq menganjurkan para pemuda untuk membaca malzamah “Al-Waqifah“, di dalamnya disebutkan (oleh penulisnya) bahwa Asy-Syaikh Al-Wushabi adalah A’duwwus sunnah(musuh sunnah)“.
Abu Ishaq berkata : “Saya tidak ingat” atau “saya tidak tahu”. [4]
Maka Asy-Syaikh ‘Abdullah Adz-Dzamari berkata kepadanya : “Bagaimana bisa engkau menganjurkan untuk membaca malzamah tersebut dalam keadaan engkau tidak tahu apa yang ada di dalamnya??!” [5]
Sementara itu di majelis lain, malzamah tersebut didatangkan kepada Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Al-Bura’i. Kemudian beliau pun membaca pernyataan Al-‘Amudi di atas.
Maka beliau (Asy-Syaikh Al-Bura’i)pun bertanya kepada Abu Ishaq : “Apakah engkau setuju dikatakan bahwa Asy-Syaikh Al-Wushabi sebagai musuh sunnah?” [6]
Abu Ishaq menjawab : “Aku tidak setuju.”
Kemudian Asy-Syaikh Al-Bura’i kembali berkata : “Dan engkau wahai akh Muhammad Ba Jammal, bagaimana pendapatmu?” [7]
Ba Jammal berkata : “Aku tidak tahu menahu tentang malzamah tersebut.” [8]
Asy-Syaikh Al-Bura’i berkata : “Baik, Sekarang akan aku bacakan kepada kamu.”
(Lalu Asy-Syaikh Al-Bura’i pun membacakan pernyataan Al-‘Amudi di atas, bahwa Asy-Syaikh Al-Wushabi adalah musuh sunnah)
Kemudian Asy-Syaikh Al-Bura’i kembali berkata : “Sekarang apa pendapatmu?”
Ba Jammal menjawab : “Aku tidak setuju.”
* * *
Pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa di atas :
- Barakahnya majelis para ‘ulama. Ketika dalam majelis singkat saja, Ba Jammal dan Asy-Syibami mau mengakui akan adanya vonis yang sangat keji dalam malzamah yang berjudul “Al-Waqifah” tulisan Al-‘Amudi tersebut. Yaitu vonis bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi dan Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri sebagai musuh-musuh sunnah. Padahal malzamah tersebut telah dibaca dan diizinkan penyebarannya oleh Al-Hajuri(!!) yang berarti setuju dengan isinya, termasuk pernyataan Al-‘Amudi bahwa kedua ‘ulama tersebut adalah musuh-musuh sunnah.
- Bahwa para masyaikh kibar di Yaman masih tetap menghormati dan menghargai kedudukan dan kapasitas Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri dan Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi sebagai dua ‘ulama kibar Ahlus Sunnah. [9]
- Oleh karena itu para masyaikh tidak mendiamkan ketika ada pihak-pihak yang mencela dan mencerca kedua ‘ulama besar tersebut. Sangat disayangkan, Al-Hajuri dan para muridnya telah mencela dan menjatuhkan kehormatan kedua ‘ulama tersebut, baik dalam kaset maupun malzamah-malzamah. [10]
- Para masyaikh kibar Yaman, termasuk dalam kesempatan ini Asy-Syaikh Al-Bura’i dan Asy-Syaikh Adz-Dzamari hafizhahumullah, menentang penyebaran malzamah tulisan Al-‘Amudi yang sudah direkomendasi oleh Al-Hajuri ini. Malzamah-malzamah semacam ini sudah sangat banyak, yang isinya tidak jauh berbeda dengan malzamah tulisan Al-‘Amudi ini, yaitu penuh caci maki, cercaan, kezhaliman, bahkan kedustaan. Parahnya, yang menjadi sasaran adalah para ‘ulama dan masyaikh kibar!!
- Sekaligus ini merupakan bukti untuk kesekian kalinya bahwa Al-Hajuri dan para pengikutnya tidak menggubris nasehat Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhali untuk menghentikan malzamah-malzamah semacam ini. [11]
- Manhaj Tatsabbut yang diterapkan oleh para ‘ulama, terutama pada masa-masa fitnah. Yaitu ketika Asy-Syaikh Al-Bura’i meminta dihadirkan malzamah tersebut dan beliau membacanya. Baru kemudian memberikan hukum.
- Bagaimana sikap yang tepat menghadapi fitnah di Yaman? Apakah sikap tawaqquf juga merupakan sikap yang tepat?
Untuk menjawab itu, baca artikel-artikel berikut :
[1] Karena yang diinginkan oleh Al-Hajuri dan para pengikutnya adalah harus membela Al-Hajuri sepenuhnya. Maka jangankan pihak yang berjalan bersama para ‘ulama kibar, pihak yang masih tawaqquf pun mereka cerca dan mereka cela.
[2] Sebenarnya dalam ucapan ini terkandung beberapa hal :
- Al-‘Amudi menyatakan bahwa Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Al-‘Adani sebagai ular belang !!
- Al-‘Amudi menyatakan bahwa Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Al-‘Adani, Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi, dan Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri sebagai para musuh sunnah !!
- Al-‘Amudi menyatakan bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi, dan Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri sebagai dua orang budak Asy-Syaikh ‘Abdurrahman !!
Sungguh merupakan cercaan yang sangat keji. Malzamah tulisan Al-‘Amudi ini telah dibaca dan diizinkan penyebarannya oleh Al-Hajuri, yang berarti dia setuju dengan isi malzamah tersebut, termasuk cercaan keji terhadap para ‘ulama kibar tersebut !!
[3] Dua orang ini sangat ta’asshub terhadap Al-Hajuri
[4] Perhatikan, dia berusaha mengelak.
[5] Asy-Syaikh Adz-Dzamari mengingkari perbuatan Abu Ishaq tersebut
[6] Asy-Syaikh Al-Bura’i pun mengingkari perbuatan Abu Ishaq tersebut
[7] Ini juga bentuk pengingkaran Asy-Syaikh Al-Bura’i terhadap perbuatan Ba Jammal
[8] Perhatikan, Ba Jammal ini pun mencoba hendak mengelak
[9] Sebagaimana pula para masyaikh tersebut juga masih tetap menghormati dan menghargai Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Al-‘Adani sebagai ‘ulama kibar Ahlus Sunnah.
[10] Banyak malzamah yang ditulis oleh para murid Al-Hajuri yang isinya “membongkar kesalahan manhaj Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi”. Subhanallah, anak-anak baru kemarin dan jahil berani lancang membantah seorang ‘ulama kibar??! Sungguh suatu musibah besar, para murid hasil tarbiyyah Al-Hajuri yang pondasi aqidah dan manhajnya sangat rapuh ini.
[11] Sebagaimana Al-Hajuri malah membantah nasehat Asy-Syaikh Rabi’ tersebut, maka para muridnya pun juga berani menulis malzamah membantah nasehat Asy-Syaikh Rabi’ tersebut !!
Demikianlah mereka, alih-alih mau mendengar dan mengikuti nasehat ‘ulama kibar, bahkan nasehat ‘ulama dibantah oleh mereka !!