Fawaid

Muhadharah Ilmiah Para Masyaikh Ahlus Sunnah (2)

بسم الله الرحمن الرحيم

Muhadharah

Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahim Al-Bukhari hafizhahullah

“PENTINGNYA BERHUBUNGAN

DENGAN PARA ‘ULAMA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH”

(2) (lanjutan)

Sabtu, 3 Sya’ban 1430 H – 25 Juli 2009 M

(sesi kedua)

الحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم وبارك على المبعوث رحمة للعالمين، نبينا محمد وعلى آله وصحبه، وبعد :

Menyempurnakan muhadharah yang telah aku sampaikan beberapa saat tadi, dalam menyebutkan sejumlah wasiat. Walaupun mungkin waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk menyebutkannya secara lengkap kecuali jika memakan banyak waktu. Semoga Allah memudahkan adanya pertemuan-pertemuan berikutnya.

Di antara yang ingin aku ingatkan diriku sendiri dan antum semua adalah hendaknya kita tahu bahwa syari’at yang suci ini yang dibawa oleh khatamul anbiya’ wal mursalin (penutup para nabi dan rasul) Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dia adalah syariat yang cemerlang, bersih, tinggi, dan mulia, tidaklah menyimpang darinya kecuali seorang yang binasa.

Di antara kaidah/prinsip global yang merupakan ijma’ (kesepakatan) antara generasi terdahulu maupun generasi kemudian umat ini semuanya, bahwa agama ini datang dalam rangka menjaga 5 hal yang paling mendasar.

5 hal paling mendasar ini, tidak ada seorang ‘ulama pun yang berbeda pendapat tentangnya. 5 perkara ini telah disepakati atasnya. Yaitu bahwa syari’at ini datang untuk menjaga :

1. Ad-Dien (Agama)

2. Al-‘Aql (Akal)

3. Al-‘Irdh (Kehormatan/Harga Diri)

4. Al-Mal (Harta)

5. An-Nafs (Jiwa)

Inilah Adh-Dharuriyyat Al-Khamsah Al-Kubra (5 hal besar paling mendasar). Semua yang terdapat dalam prinsip-prinsip syari’at, dan ketetapan-ketetapan para imam agama, semuanya berkisar dalam rangka menjaga 5 hal besar ini. Kesempatan ini tidak cukup bagi kita untuk menjelaskan masing-masing jenis dari 5 hal besar di atas. Karena penjelasan tersebut membutuhkan pada acara Daurah yang panjang dan lama untuk menjelaskannya.

Yang jelas, sebagaimana telah aku sebutkan dalam wasiat pertama, yaitu kewajiban adanya hubungan antara generasi muda umat dengan para ‘ulama umat rabbaniyyin yang kokoh mendalam keilmuannya, yang peduli (terhadap umat), penyayang, para pengajar kebaikan kepada umat, dan juru dakwah ke jalan Allah Jalla fi ‘Ulah di atas bashirah (ilmu). Merekalah para ‘ulama ar-rasikhun fil ‘ilmi (kokoh mendalam dalam ilmu).

Siapakah para ‘ulama ar-rasikhun fil ‘ilmi? Dijelaskan oleh Al-‘Allamah Asy-Syathibi rahimahullah : “Mereka adalah orang-orang yang kokoh pijakannya dalam ilmu syari’at.”

Pernyataan tersebut, bukan semata-mata slogan yang diulang-ulang, namun merupakan hakekat yang diketahui dan disaksikan oleh para ‘ulama yang sejati dan para da’i ke jalan hidayah, dari kalangan para ‘ulama agama dan pemberi nasehat, ash-shalihin al-mushlihin (orang-orang yang memperbaiki kondisi umat), ‘ulama yang mengajari umat dengan ilmu-ilmu yang sederhana dan mendasar, sebelum mengajarinya dengan ilmu-ilmu yang rumit dan kompleks.

Saya katakan, apa yang aku tunjukkan pertama tadi (yakni kewajiban generasi muda untuk berhubungan dengan para ‘ulama), barangsiapa yang merealisasikannya niscaya dia akan tahu bahwa dalam perealisasiannya sekaligus merupakan perealisasian penjagaan 5 hal besar mendasar di atas. Sebaliknya jika engkau menjauh dari para ‘ulama umat, dari kebenaran, dan dari as-sunnah, maka pasti engkau terjatuh pada penghancuran terhadap 5 hal di atas, bisa jadi keseluruhan atau bisa jadi sebagiannya.

Apabila hilang darimu AGAMA, sebaliknya engkau terjatuh pada bid’ah bikinan ahlul bid’ah, atau pada penyimpangan orang-orang yang menyimpang, baik dari kalangan khawarij atau para pengekor hawa nafsu lainnya, maka akan muncul di balik itu engkau akan menghalalkan KEHORMATAN/HARGA DIRI manusia. Berdasarkan itu pula engkau akan menghalalkan JIWA/NYAWA manusia, sehingga engkau pun berani membunuh jiwa yang sebenarnya tidak boleh engkau bunuh. Berikutnya engkau juga akan menghalalkan HARTA-HARTA manusia yang tidak halal untuk engkau ambil, dan seterusnya sehingga dengan demikian engkau telah merusak 5 hal besar mendasar tersebut, yang berarti engkau telah menyelisihi para imam agama, baik dulu maupun sekarang!!!

Allah Jalla fi ‘Ula berfirman :

وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ  [النساء/83]

dan kalau seandainya mereka mau menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri  di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri) (An-Nisa’ : 83)

Bukan kepada setiap orang yang bisa membaca Al-Qur`an, atau mempelajari ilmu, atau tampil memberikan taklim atau mengajar padahal sebenarnya tidak ahli, tidak setiap mereka akan mampu mengambil istinbath (kesimpulan hukum).

Renungkan firman Allah Jalla wa ‘Ala pada ayat yang telah aku sebutkan. Allah berfirman :

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ  [النساء/83]

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau seandainya mereka mau menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri  di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah Karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

Ulil Amri yang dimaksud di sini adalah para ‘ulama. Tidak semua ‘ulama, namun ‘ulama yang memiliki kemampuan dan keahlian mengambil istinbath (kesimpulan hukum). Tidak setiap orang yang mempelajari ilmu, berbicara atas nama ilmu, kemudian serta merta dia menjadi ‘ulama.

Shahabat ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallah ‘anhu berkata :

كفي بالعلم شرفا أن يدعيه من ليس هو فيه، وكفى به شرفا أن يفرح من نسب إليه، وكفي بالجهل ذما أن يتبرأ منه من هو فيه

“Cukuplah kemuliaan bagi ilmu adalah orang yang tidak berada di atas ilmu ternyata mengklaimnya. Cukuplah kemuliaan bagi ilmu ketika berbahagia orang yang dinisbahkan kepadanya. Dan cukuplah celaan bagi kejahilan ketika berlepas diri darinya orang yang masih berada di atasnya.”

Maknanya, maka sedikitnya ilmu akan menyebabkan sedikitnya amal, bahkan tidak mau beramal shalih sama sekali. Oleh karena itu, sangat penting seorang untuk mempelajari ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat). Agar ilmu tersebut melahirkan amal shalih.

Karena ilmu itu ada : ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat), adapula ilmu dhar (ilmu yang merugikan). Jika engkau mempelajari ilmu yang bukan ilmu nafi’ , maka akan menjadi ilmu yang merugikan, dan tidak melahirkan amal shalih. Bisa jadi engkau mempelajari ilmu syar’i, Al-Kitab dan As-Sunnah, namun ternyata menyimpan kejelekan. Padahal ilmu tersebut pada asalnya adalah ilmu nafi’ (bermanfaat), namun dengan amalanmu yang jelek dan niatmu yang jelek tidak membuah amal shalih.

Oleh karena itu Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan,

علم المؤمن في قلبه، وعلم المنافق في لسانه

“Ilmunya seorang mukmin berada dalam hatinya. Sedangkan ilmunya seorang munafiq berada di lisannya.”

Apa yang dimaksud ilmu seorang mukmin berada dalam hatinya? Yakni sang mukmin tersebut mempelajari ilmu karena Allah, dan tampak pengaruh ilmu tersebut pada amalannya. Karena niat merupakan asas dan syarat kebenaran ibadah ini. Dibuktikan oleh amal dan kesesuaian dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Adapun seorang munafiq, ilmunya berada di lisannya. Oleh karena itu amalannya rusak, bukan amal shalih. Walaupun ilmu yang ia ucapkan adalah ilmu yang pada dzatnya adalah ilmu nafi’. Namun dia tidak mengikhlashkan niat karena Allah Jalla wa ‘Azza, sehingga dia tidak mendapat manfaat (dengan ilmunya). Silakan dibaca kembali penjelasan Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah dalam risalahnya yang agung, Fadhli ‘Ilmi As-Salaf ‘ala ‘Ilmi Al-Khalaf (Kelebihan Ilmunya para ‘Ulama Salaf dibanding ilmunya orang-orang khalaf).

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button