Fawaid

Muhadharah Ilmiah Para Masyaikh Ahlus Sunnah

بسم الله الرحمن الرحيم

Sambutan dan Muhadharah

Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahim Al-Bukhari hafizhahullah

“PENTINGNYA BERHUBUNGAN

DENGAN PARA ‘ULAMA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH”

Sabtu, 3 Sya’ban 1430 H – 25 Juli 2009 M

(sesi pertama)

___________________________________________________________________________________________

Pengantar : Dalam rangka menyebarkan faidah dan manfaat dari Muhadharah Ilmiah para masyaikh dalam Dauroh Ilmiah Nasional ke-5 di Bantul – Yogyakarta, kami sajikan kepada segenap kaum muslimin terjemah Muhadharah Ilmiah tersebut dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat.

____________________________________________________________________________________________

بسم الله الرحمن الرحيم

إن الحمد لله، نحمده تعالى ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن نبينا محمدا عبده ورسوله صلى عليه وعلى آله صحبه وسلم، وبعد :

Pertama-tama saya ucapkan, kita memohon kepada Allah Al-‘Azhim (Maha Agung), Rabbnya Al-‘Arsy yang mulia, Yang menjadikan kita pembimbing yang mendapat hidayah, tidak sesat dan tidak pula menyesatkan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.

Kedua, saya ingatkan dengan hadits Sayyid Waladi Adam (Nabi Muhammad) Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dan yang lainnya, hadits yang hasan, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

لا يشكر الله من لا يشكر الناس

Tidak bersyukur kepada Allah barangsiapa yang tidak bisa berterima kasih pada manusia

Maka di antara bentuk syukur kepada Allah adalah engkau berterima kasih pada makhluk-Nya yang telah berbuat baik kepadamu, atau membantumu dalam kebaikan. maka saya sampaikan terima kasih yang banyak, besar, dan dalam kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan Daurah Ilmiah Al-Mubarakah ini bidznillah. Pertama kali kepada Bupati Kabupaten Bantul semoga Allah memberinya taufiq pada amal yang diridhai-Nya beserta jajarannya, juga Bapak Kapolres dan jajarannya. Demikian juga saudara-saudara panitia Daurah, serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan Dauroh ini, tidak lupa pula kepada semua yang datang (ke acara ini) dalam rangka mengambil manfaat dan meraih derajat yang tinggi biidznillah.

Saya sampaikan kabar gembira kepada semua, dengan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya serta lainnya,

من دل على هدى كان له من الأجر مثل أجور من اتبعه لا ينقص من أجورهم شيئا

Barangsiapa yang menunjukkan kepada hidayah, maka baginya akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.

Maka setiap orang yang diberi taufiq mengenal al-haq dan mendengarkannya dalam Dauroh ini, di atas asas yang haq dan kaidah-kaidahnya, kemudian istiqamah, maka ini baginya pahala, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan daurah ini, baik panitia maupun yang lainnya, mereka juga mendapatkan pahalanya. Sedangkan pahala tersebut tidak akan terputus biidznillah. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam .

Ketiga, bahwa pertemuan ini tidak lain merupakan pengamalan firman Allah Ta’ala :

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3) [العصر/1-3]

“Demi masa. Sesungguhnya seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dengan kebenaran, dan saling menasehati dengan kesabaran. Al-‘Ashr :1- 3

Jadi kita berkumpul di tempat ini dalam rangka kita saling memberikan nasehat dengan al-haq dan kesabaran. Pertemuan ini semakin penting dan mendesak apabila fitnah semakin banyak dan tersebar. Sementara pihak yang membenci al-haq sangat banyak, maka kita harus ahlul haq harus saling berhubungan satu sama lain, para penuntut ilmu dan generasi muda harus berhubungan dengan para ‘ulama umat, dalam rangka menolak berbagai syubhat yang menerpa dan menghilangkan kebatilan.

* * *

Bertolak dari surat yang agung ini, yakni surat Al-‘Ashr, aku ingin untuk mengingatkan serta mewasiatkan diriku dan antum semua dengan sejumlah wasiat yang penting dalam kesempatan berbahagia ini.

Pertama, wajib adanya hubungan antara generasi muda muslimin dan para ‘ulama umat rabbaniyyin (para pendidik sejati). Karena apabila antara generasi muda muslimin terputus, terpisah, dan jauh dari para ‘ulama maka yang demikian akan mengakibatkan pengaruh-pengaruh yang besar dan jelek terhadap pemuda dan masyarakat (muslimin). Tidaklah umat meninggalkan para ‘ulama kecuali mereka akan sesat.

Al-Imam Abu Qilabah rahimahullah berkata –sebagaimana dalam Mushannaf Ibni Abi Syaibah– :

مثل العلماء مثل النجوم في السماء، إن تركوها ضلوا، وإن تغيبت عنهم تحيروا

“Perumpamaan para ‘ulama itu adalah seperti bintang-bintang di langit. Kalau manusia meninggalkannya, maka mereka akan tersesat. Apabila bintang tersebut hilang (tidak tampak) dari mereka, maka mereka akan kebingungan.”

Di sini beliau menyerupakan para ‘ulama dengan bintang-bintang. Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan bintang-bintang di langit tersebut dengan beberapa tujuan, di antaranya, sebagaimana Allah firmankan :

وَعَلَامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ (16) [النحل/16]

Dan sebagai tanda-tanda, dengan dengan bintang-bintang mereka (manusia) mendapat petunjuk.” (An-Nahl : 16)

Manusia yang berjalan di tengah padang pasir yang tandus atau lainnya, dia akan tahu arah utara, selatan, arah kiblat dan lainnya dengan adanya bintang-bintang. Apabila bintang-bintang tersebut hilang/tidak tampak, misalnya karena adanya mendung atau awan, maka seseorang akan kesulitan mengetahui arah utara, selatan, timur, maupun barat, tidak pula arah kiblat. Namun apabila sengaja ia mengabaikan/meninggalkan bintang-bintang tersebut, padahal tidak ada awan atau mendung, maka manusia akan tersesat. Pada dua kondisi tersebut manusia binasa.

Fenomena yang terlihat di tengah-tengah masyarakat, berupa adanya paham-paham yang menyimpang, keluar dari sunnah (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam), seperti paham khawarij misalnya, sebab terbesarnya adalah meninggalkan para ‘ulama.

Shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallah ‘anhuma tatkala beliau bermunazharah (berdebat) dengan orang-orang khawarij, belaiu mengatakan :

“Perhatikan oleh kalian, tidak ada di tengah-tengah kalian seorang pun dari kalangan mereka (para shahabat).”

Mereka (khawarij) ketika itu berjumlah 6.000 orang lebih. Ibnu ‘Abbas ingin menegaskan bahwa kalian yang berjumlah 6.000 orang ini berada di atas kesesatan, walaupun jumlah kalian banyak. Perhatikan, tidak ada di tengah-tengah kalian, di tengah-tengah 6.000 orang ini, dari kalangan para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, karena mereka adalah para ‘ulama. Tidak ada seorang shahabat pun di tengah-tengah kalian. Kalau begitu, kalian dia atas kebenaran atau di atas kebatilan? Jawabannya : mereka di atas kebatilan

Oleh karena itu, Ibnu ‘Abbas mengatakan pada akhirnya, 2000 orang dari mereka rujuk (kembali) kepada kebenaran, dan sisanya dibunuh.

Maka tidaklah generasi muda dan umat meninggalkan para ‘ulamanya rabbaniyyin kecuali mereka akan tersesat dan binasa.

Jadi, hubungan dengan para ‘ulama merupakan jaminan keamanan yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, jaminan keamanan dari terjatuh ke dalam fitnah.

Ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu yang diwariskan dari Sayyid Waladi Adam (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Para ‘ulama, merekalah yang menjelaskan kepada umat ilmu tersebut, yang dibangun di atas pemahaman para imam agama dari kalangan as-salafush shalih, dari kalangan para shahabat, tabi’in, dan para imam agama. Ilmu apapun yang tidak dibangun di atas asas tersebut, atau siapapun yang berbicara tidak di atas asas ini, maka pada hakekatnya dia tidaklah berbicara dengan ilmu walaupun ia mengklaim dirinya berilmu.

Orang-orang yang melakukan pengeboman, teror, membunuh, dan melanggar kehormatan jiwa atau harga diri, sungguh mereka tidak punya hujjah/dalil yang membenarkan perbuatan mereka di hadapan Allah. Di antara sebab terbesar penyimpangan dan keluarnya mereka dari kebenaran adalah mereka tidak mengambil ilmu yang benar dari mulut para ‘ulama yang kokoh mendalam ilmunya tentang syari’at. Oleh karena itu mereka menghalalkan darah/jiwa kaum muslimin dan harta mereka, sehingga mereka pun membunuh dan mengebom. Allah tidak mencintai kerusakan, dan Allah tidak mencintai orang-orang perusak.

Terbaru

Satu komentar

  1. Bismillah..Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin..
    Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu menjaga,merahmati dan memberikan hidayah-NYA kepada Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahim Al-Bukhari hafizhahullah dan semua ‘Ulama Ahlussunnah yang Kita cintai,hormati dan banggakan bersama ini..Baarokallahufiik..

    Abu Umar Al-Bandungi Al-Bankawy
    081320710071
    -Wakil Ketua Umum Panitia Dauroh Masyaikh Bandung
    -Koordinator (Amir Safar) Kafilah Bandung Dauroh Masyaikh Bantul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button