Nasehat

Silsilah Nasehat Al-Wushabi (1) :PENTINGNYA BERKUMPUL DI SEKITAR ‘ULAMA

Silsilah Nasehat Al-Wushabi (1) :

PENTINGNYA BERKUMPUL DI SEKITAR ‘ULAMA

Asy-Syaikh Al-Wâlid Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb Al-Wushâbi hafizhahullâh ta’âlâ. Beliau salah seorang kibâr masyâikh di Yaman yang memegang peran penting dalam dakwah salafiyyah di Yaman sejak semasa Asy-Syaikh Al-‘Allâmah Muqbil rahimahullah masih hidup.

Beliau juga telah mencurahkan perhatian, waktu, dan tenaga beliau untuk memberikan nasehat dan bimbingan dalam rangka memadamkan api fitnah yang berkobar di Yaman.

Secara berproses dan bertahap, beliau memberikan nasehat-nasehatnya kepada segenap ikhwah di Yaman terkait dengan fitnah yang terjadi.

Di antara nasehat yang beliau sampaikan adalah nasehat pada 13 Dzulhijjah 1428 H, bertepatan dengan hari Tasyriq, berjudul :

أهمية الالتفاف حول العلماء

alatfaf4

wmp-icon alatfaf42

Beliau mengingatkan bahwa fitnah yang terjadi di Yaman merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap kehormatan dan harga diri sesama muslim. Ini menyalahi wasiat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pada hajjatul wada’.

Dengan penuh arif dan bijaksana beliau menasehati untuk bertaqwa kepada Allah dalam kehormatan dan harga diri sesama muslim. Beliau mengingatkan pentingnya untuk mengikuti nasehat dan bimbingan para ‘ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Fitnah yang terjadi, hendaknya dikembalikan kepada para ahlul ‘ilmi. Hendaknya menghormati dan memuliakan para ‘ulama seperti Asy-Syaikh Ash-Shûmali, Asy-Syaikh Al-Imâm, Asy-Syaikh Al-Wushâbi, Asy-Syaikh Al-Bura’i, Asy-Syaikh Adz-Dzamâri, Asy-Syaikh As-Sâlimi, Asy-Syaikh ‘Abdul Mushawwir. Hendaknya segala fitnah dan problem yang ada dikembalikan kepada mereka untuk diselesaikan.

Beliau mengatakan :

وقصدي من هذا أن الإنسان إذا أراد الحكم الشرعي بأن فلان ادعى عليه بدعوة كاذبة فليتنبه، هذا القاذف لأخيه بالحزبية أو بأنه مجرم أو بأنه فاسق أو بأنه فاجر، أو بأنه خائن أو بأنه ماكر إذا لم يقم البينة، وإلا فقد يقام الحد الشرعي على ظهره مع الحبس ومع التهذيب، فهذه المحاضرة تجعلكم يا عباد الله تحترمون أعراض المسلمين وتحفظون ألسنتكم، لا تكون ألسنة مفلوته، تحفظون ألسنتكم في أعراض إخوانكم من القيل والقال والغيبة والنميمة، وإذا لم يقم الحد الشرعي اليوم فلا تأمن أن يقام عليك غدا سواء في الدنيا أو في الآخرة، والله المستعان.

“Maksudku dari ini, bahwa seseorang bila menghendaki hukum syari’i bahwa si fulan telah menuduhnya dengan tuduhan dusta, maka hendaknya ia (si fulan tersebut) berhati-hati, sang penuduh terhadap saudaranya dengan tuduhan hizbiyyah, atau sebagai seorang yang jahat, atau fasiq, atau fajir, atau pengkhianat, atau pembuat makar, sementara tidak ada bukti atas tuduhannya tersebut (hendaknya ia berhati-hati). Karena bisa jadi akan ditegakkan hukum hadd syari’i atas dirinya (si penuduh tanpa bukti tersebut), diiringi dengan dipenjara dan diiringi dengan siksaan.

Maka muhadharah ini bertujuan menjadikan kalian wahai hamba-hamba Allah, menghormati kehormatan kaum muslimin dan menjaga lisan kalian, jangan menjadi lisan yang terumbar. Jaga lisan kalian terhadap kehormatan saudara-saudara kalian dari “katanya dan katanya”, dari ghibah dan namimah. Apabila tidak ditegakkan hukum hadd syar’i pada hari ini, maka engkau tidak akan aman pada esok hari dari tuntutan tersebut, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahul musta’an.

Beliau juga mengingatkan agar jangan sampai menyia-nyiakan dakwah yang mubarakah ini dengan sibuk ghibah dan namimah terhadap saudaranya muslim :

فعلينا بتقوى الله يا عباد الله، هذه الدعوة دعوة السنة دعوة مباركة دعوة كريمة دعوة إلى الخير كم من أناس استفادوا منها، فلا يجوز أن تضيع هذه الجهود في القيل والقال وفي الغيبة والنميمة، علينا أن نهتم بالعلم النافع وبالتأليف والتحقيق والتعليم والدعوة إلى الله، وكما قد قلنا أكثر من مرة، الحمد لله هذه الدعوة متميزة بعيدة عن الحزبيين وعن أصحاب البدع بعيد والحمد لله كل البعد، …

“wajib atas kita untuk bertaqwa kepada Allah wahai hamba-hamba Allah. Dakwah ini, dakwah kepada sunnah, merupakan dakwah yang mubarakah, dakwah yang mulia, dakwah kepada kebaikan. berapa banyak umat manusia mendapat faidah darinya. Maka tidak boleh engkau menyia-nyiakan keseriusan dakwah tersebut dengan sibuk dalam “kata dan katanya”, ghibah, dan namimah. Wajib atas kita untuk mementingkan ilmu yang bermanfaat, menulis, penelitian ilmiah, pengajaran, dan dakwah di jalan Allah, sebagaimana telah kita nyatakan lebih dari sekali. Alhamdulillah, dakwah ini terbedakan dan jauh dari hizbiyyin, dan dari para pengusung bid’ah, sungguh sangat jauh, walhamdulillah.”

Beliau juga menasehatkan untuk mengembalikan penyelesaian problematika yang ada kepada para ‘ulama kibâr. Dengar dan terima nasehat para ‘ulama tersebut dengan penuh lapang dada. Jangan seperti Abul Hasan dan para pengikutnya, yang sombong dan tidak mau mendengar nasehat para ‘ulama.

Lalu beliau kembali menekankan tentang kehormatan dan harga diri seorang muslim. Beliau juga menghimbau agar menghentikan berbagai malzamah maupun kaset-kaset dan yang semisalnya.

Sungguh ini sangat berbeda dengan Al-Hajûri yang tidak mau menggubris nasehat para ‘ulama. Al-Hajuri tidak mau menghentikan berbagai malzamah, kaset, atau sejenisnya. Bahkan Al-Hâjuri mengancam :

والله لو أعلم أن واحداً وقَّف شريطاً لي لأهين كرامته كائناً من كان، لأهين كرامته وأفضحه، أو وقَّف ملزمةً لي، هذا حاصله، فإنه ما في أحد وزير أعلام علي أصلاً!!! [ شريط نصيحة الأحباب]

“Demi Allah, kalau saya tahu ada seorang yang berani menghentikan (peredaran) satu saja dari kasetku niscaya akan aku hinakan kehormatannya siapa pun dia, akan aku hinakan kehormatannya dan akan aku bongkar (aibnya), atau ia berani menghentikan satu saja dari malzamah (artikel)ku, ini kesimpulannya. Karena sesungguhnya tak ada seorang pun yang menjadi menteri penerangan atasku sama sekali. … !!!

[ dari kasetnya yang berjudul Nashihatul Ahbab … ]

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button