FatawaManhaj

Fawaid Ilmiah & Manhajiyyah dari kesempatan Umrah Asatidzah

بسم الله الرحمن الرحيم

Fawaid Ilmiah dan Manhajiyyah

Dari Pertemuan dengan Masyaikh Ahlus Sunnah

Dalam kesempatan Umroh Rabiuts Tsani 1435H/ Januari-Pebruari 2014

oleh al-Ustadz Muhammad Afiffuddin hafizhahullah

Bagian pertama

بسم الله الرحمن الرحيم

إن الحمد لله نحمده و نستعيته و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له و من يضلل فلا هادي له، و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، و أشهد أن محمدا عبده و رسوله

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102)} [آل عمران: 102]

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (1)} [النساء: 1]

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)} [الأحزاب: 70، 71]

أما بعد: فإن أصدق الحديث كتاب الله، و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و على آله و سلم، و شر الأمور محدثاتها، ف‘ن كل محدثة بدعة، و كل بدعة ضلالة، و كل ضلالة في النار

Wahai sekalian manusia, bahwasannya salah satu prinsip Ahlussunnah yang mendasar adalah kembali kepada para ulama ketika terjadi fitnah. Bahkan lebih dari itu, harus benar-benar menetapi langkah dan prinsip mereka ketika terjadi fitnah. Ini merupakan prinsip mulia yang dimiliki Ahlussunnah yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya: “Bertanyalah kepada ahlul ilmi (para ulama) jika kamu tidak mengetahui” (QS an-Nahl:43)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam ayat yang lainnya:

{وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا (83)} [النساء: 83]

Artinya: “Ketika datang kepada mereka suatu perkara tentang keamanan atau perkara yang menakutkan, mereka terburu-buru menyebarkannya. Kalau saja mereka mengembalikan perkara tersebut kepada Rasulullah dan kepada ulil amri (para ulama) di antara mereka, niscaya perkara tersebut akan diketahui oleh para ulama yang bisa mengambil kesimpulan hukum darinya” (QS an-Nisa’:83)

Pada dua ayat diatas terdapat bimbingan adab serta perintah bagi kaum muslimin-terutama Ahlussunnah Salafiyyin– untuk kembali kepada para ulama ketika terjadinya fitnah (apalagi di zaman yang banyak sekali fitnah, fitnah yang bertumpuk tumpang tindih serta bergelombang dan tidak ada kejelasan).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

البركة مع أكابركم

Artinya: “Barakah itu bersama para pembesar kalian

Makna (أكابركم) adalah orang-orang yang besar dalam keilmuan agamanya, begitu pula usianya. Disebut demikian karena mereka telah menghabiskan waktu dan usia mereka yang panjang untuk mempelajari ilmu agama ini sehingga matang dan kokohlah keilmuan mereka.

Para ulama berbeda-beda tingkat keutamaannya. Di antara mereka ada yang serius memperhatikan perkara  fiqih dan muamalah, perkara hadits, perkara kebaikan, namun kurang memperhatikan kebatilan, penyimpangan dan para tokoh yang menyimpang. Ketika mereka ditanya tentang fitnah, kebid’ahan-kebid’ahan, penyimpangan-penyimpangan, mereka menjawabnya sesuai dengan apa yang mereka dengar, dan terkadang tidak sedalam dan serinci yang diharapkan. Para pengekor kebatilan memanfaatkan para ulama seperti mereka dengan menghiasi penyimpangan mereka untuk mendapatkan legalisasi dari para ulama tersebut. Namun kesalahan tidaklah ditujukan kepada para ulama tersebut, tetapi para Ahlul batil lah yang telah berbuat keji dan makar.

Ada ulama lain yang mengumpulkan dua keutamaan sekaligus; mengetahui hukum-hukum syariat (ilmu fiqih), akhlaq, adab, hadits, dst. Namun, mereka juga mengerti seluk beluk kebatilan, penyimpangan-penyimpangan sehingga mereka bisa memberikan pengarahan kepada kaum muslimin tentang bahayanya kebatilan-kebatilan tersebut secara rinci dan kokoh. Tidaklah diragukan lagi, type ulama yang kedua inilah yang lebih afdal (utama) -dalam hal fitnah- dari yang pertama dan mereka semua mendapatkan pahala dan keutamaan disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya saja sebagian mereka lebih utama dari sebagian yang lainnya. Ini adalah ringkasan faedah dari asy-Syaikh DR. Ahmad bin Umar Bazmul hafizhahullah.

Ketika terjadinya fitnah, ulama jenis yang kedualah yang menjadi rujukan. Karena mereka tidak hanya menguasai berbagai bidang ilmu agama namun juga mengetahui seluk beluk penyimpangan dengan berbagai macam warna dan syubhat-syubhatnya. Di setiap zaman Allah bangkitkan ulama type yang kedua tersebut dan dengan merekalah Allah jaga aqidah umat ini dengan membongkar pemahaman-pemahaman (menyimpang) yang tersebar di tengah-tengah umat, sebagai realisasi dari hadits di atas:

البركة مع أكابركم

Sebagai contoh adalah fitnah yang melanda kaum muslimin pada masa al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Pemerintah di masa itu menganut aqidah kufur berupa pernyataan bahwasannya al-Quran adalah makhluk, (bukan kalamullah). Di saat itu, masyarakat antipati terhadap pemerintah dan para ulama jumlahnya sangat banyak. (Karena begitu dahsyat fitnah tersebut) sampai-sampai para ulama ahli fiqih diantara mereka ada yang terbawa (hanyut oleh fitnah) dengan mengadakan upaya pemberontakan terhadap pemerintah. Di tengah badai fitnah yang dahsyat, Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkan ulama yang tegar lagi kokoh semisal al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan ulama lain yang bersama beliau. Ketika al-Imam Ahmad v ditanya oleh para ahli fiqih tersebut tentang tindakan pemberontakan yang akan mereka lancarkan, beliau pun dengan tegas menjawab bahwa tindakan tersebut tidaklah boleh dilakukan.

Begitupula di masa kita hidup saat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkan para ulama yang mendalam keilmuannya, amaliahnya, manhajnya, serta kokoh ketika terjadinya fitnah. Di antaranya adalah asy-Syaikh al-‘Allamah DR. Abu Muhammad Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahulah, asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Ubaid al-Jabiry hafizhahulah, asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Hadi al-Madkhali hafizhahulah, dan para ulama lain yang bersama dengan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala bongkar (berbagai kebatilan) di zaman ini melalui mereka baik di negeri al-Haramain asy-Syarifain, atau di negara-negara lain, atau di negeri kita ini. Maka, sesuai prinsip Ahlussunnah wal Jama’ah adalah merujuk kepada mereka yang benar-benar mengerti seluk beluk berbagai penyimpangan.

Alhamdulillah dengan taufik dan kemudahan dari Allah, kita bisa berjumpa dengan mereka menanyakan berbagai permasalahan dakwah. Kita berjumpa secara khusus dengan asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali, asy-Syaikh Abdullah bin Abdurrahim al-Bukhari. Namun, kita tidak bisa berjumpa dengan asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiry karena beliau sedang sakit. Dan kita juga diberi kemudahan untuk berjumpa dengan asy-Syaikh Muhammad bin Ghalib. Dan sebelum pulang kami juga diberi kemudahan untuk bertemu asy-Syaikh Hani’ bin Buraik di Makkah. Walhamdulillah banyak permasalahan dakwah yang bisa terpecahkan dan terselesaikan-menurut saya-.

Masalah yang paling inti adalah yang berkaitan denga al-Ustadz Dzulqarnain, karena masalah tersebut adalah masalah yang paling marak. Sebelum keberangkatan kami ke Tanah Suci, tersebar berita bahwa asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali telah mencabut tahdzir  dari Ustadz Dzulqarnain. Ditambah lagi turunnya surat asy-Syaikh Hani’ yang kedua tentang rujuknya Ustadz Dzulqarnain. Tersebarlah berita bahwasannya permasalahan telah selesai dan (surat kedua diatas) sekaligus memansukh (menghapus) tahdzir asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali tersebut. Dampaknya adalah orang-orang yang berseberangan dengan beliau (Ustadz Dzulqarnain) -dengan bahasa demikian- mendapat serangan-serangan. Yang lebih menghebohkan lagi –ketika kami sampai di Makkah- diadakannya muhadhoroh di masjid Al-Muhajirin wal Anshor (AMWA) di Depok[1]. Muhadhoroh yang dilangsungkan ba’da maghrib tersebut diisi oleh Ustadz Abdul Mu’thi al-Maidany diteruskan taushiyah dari Ustadz Dzulqarnain. Ba’da isya dilanjutkan penelponan kepada asy-Syaikh Hani’ bin Buraik yang sebagiannya diterjemahkan oleh Ustadz Ali Basuki, dan dijanjikan akan diterjemahkan dengan rinci. Ringkasan isi dari penelponan tersebut bahwa Ustadz Dzulqarnain telah rujuk, tahdzir asy-Syaikh Rabi’ telah dicabut, surat beliau yang kedua memansukh tahdzir tersebut, dan permasalahan telah selesai. Isi yang berikutnya asy-Syaikh Hani’ bin Buraik mentahdzir Ja’far Sholih. Muhadhoroh tersebut disiarkan secara langsung dan terang-terangan. Sehingga banyak orang terombang-ambing dengan acara tersebut.  Dijelaskan pula dalam muhadhoroh tersebut bahwasannya surat kedua dari asy-Syaikh Hani’ yang telah dibaca di depan asy-Syaikh Robi’ yang dengan itu-menurut mereka- tercabutlah tahdzir beliau, tidaklah pantas dita’wil-ta’wil  dengan berbagai macam ta’wil. Di satu sisi pula kita terkena serangan-serangan karena kitalah yang menjelaskan perihal taubat serta syarat-syaratnya kepada umat.

Di hari Kamis tepatnya pada tanggal 29 Rabi’ul Awwal 1435H kita bertemu secara khusus dengan asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali hafizhahulah di kediaman beliau. Di antara yang hadir adalah al-Ustadz Luqman Ba’abduh, al-Ustadz Usamah Mahri, al-Ustadz Qomar Su’aidy, al-Ustadz Askari, al-Ustadz Sarbini, saya sendiri (al-Ustadz Muhammad Afiffuddin), al-Ustadz Ahmad Khodim, al-Ustadz Ayip Syafruddin, al-Akh Nauval bin Ali Balbed. Kamipun menyampaikan permasalahan Dzulqarnain bahwasannya tersebar berita di negeri kami kalau asy-Syaikh Robi’ telah mencabut tahdzir beliau terhadapnya. Beliau menegaskan:

لا، و الله ما سحبت تحذيري، إن لا يتوب، التحذير مستمر

 “Tidak, demi Allah aku tidak mencabut tahdzirku (terhadapnya). Jika ia tidak bertaubat, maka tahdzir akan tetap berlangsung

Kami sampaikan pula bahwasannya Ustadz Dzulqarnain belum jujur dan serius bertaubat bahkan terkesan main-main dalam perkara taubat. Kami sampaikan pula tentang muamalahnya dengan Halabiyun, juga diundangnya dia oleh orang-orangnya Yazid Jawaz ke Jepang dan Korea.

Kami tanyakan kepada beliau bahwa ikhwan di Indonesia bertanya, apakah dia boleh diambil ilmunya ataukah tidak. Beliau dengan tegas mempersyaratkan taubat kepadanya, jika tidak beliau akan mengambil sikap Salafy terhadapnya. Beliau juga mengatakan secara khusus kepada dua Ustadz yaitu al-Ustadz Luqman Ba’abduh dan al-Ustadz Usamah Mahri –yang maknanya hampir sama- (yang artinya):

Katakan kepadanya untuk jujur dalam bertaubat, jika dia tetap dalam keadaan demikian, maka kami akan terus mengawasinya

Ringkasnya:

asy-Syaikh Robi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahulah belum mencabut tahdzirnya terhadap Dzulqarnain. Beliau mempersyaratkan kejujuran taubat darinya sebagaimana yang ma’ruf di kalangan para ulama. Sebagaimana itu pula yang beliau persyaratkan bersama asy-Syaikh Hani’ (terhadap Dzulqarnain). Jika ia tidak jujur bertaubat, beliau akan mengambil sikap seorang Salafy terhadapnya. Mendengar pernyataan tersebut, seakan-akan semua berita-berita sumbang yang beredar berguguran.

Maka ini adalah kejelasan dari para Kibarul Ulama dan barokah bersama mereka. Ambillah sebagai ma’lumat (pengetahuan) tanpa adanya jidal(debat) diantara kalian, tidak pula khusumah (permusuhan), dan lain sebagainya. Apa yang dikatakan asy-Syaikh Rabi’ di atas kita jadikan pegangan dalam bersikap. Dan ini bukanlah ta’ashub, karena kita kembali kepada beliau selaku orang pertama yang mengeluarkan tahdzir terhadap Ustadz Dzulqarnain.

سبحانك اللهم و بحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك و أتوب إليك، و الحمد لله رب العالمين.

(bersambung ke bagian ke-dua, Insya Allah)

Disusun oleh Tim http://miratsul-anbiya.net

Dari Kaset Muhadharah yang disampaikan oleh al-Ustadz Muhammad Afifuddin

Telah dibaca dan diizinkan penyebarannya oleh beliau hafizhahullah



[1] Tepatnya terjadi pada hari Rabu tanggal 29 Januari 2014 dan kita mendengarkannya secara langsung di Makkah via WhatsApp.

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button