Uncategorized

Bid’ah Asyura

BID’AH dan KEMUNGKARAN PADA HARI ‘ASYURA

 

Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim alu asy-Syaikh rahimahullah berkata,

“Semua yang disebutkan tentang amalan-amalan para hari ‘Asyura selain puasa, maka itu TIDAK ADA ASALNYA (dalam syari’at) bahkan itu adalah BID’AH. Seperti bercelak untuk kedua mata. Demikian juga hadits-hadits yang disebutkan seperti memberikan keluasan untuk keluarga, maka itu batil tidak ada yang shahih.

Pada hari ‘Asyura ini ada dua kelompok yang saling bertolak belakang,

– Rafidhah, mereka menjadikan hari ‘Asyura dan hari sebelumnya sebagai hari berkabung.

– Nawashib, mereka menjadikannya sebagai hari Raya, yang disebut sebagai Idul ‘Umur.

Adapun Ahlus Sunnah, maka tidak memandang seperti kelompok pertama maupun kelompok kedua, dan tidak mengkhususkan hari tersebut kecuali dengan ibadah puasa.

(Syarh Kitab Adabul Masyi ila ash-Shalat)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

“Sebagaimana disebutkan tentang keutamaan-keutamaan ‘Asyura :

– memberikan keluasan untuk keluarga,

– keutamaan berjabat tangan,

– keutamaan inai (pacar)

– keutamaan bersemir

– keutamaan mandi, dan semisal itu

– serta apa yang disebutkan tentang keutamaan shalat pada hari tersebut

Maka semua itu adalah DUSTA atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak ada satu pun dalil yang sah terkait dengan keutamaan ‘Asyura kecuali keutamaan puasa pada hari tersebut.

Harb al-Kirmani mengatakan, “Hadits yang diriwayatkan bahwa barangsiapa yang melapangkan untuk keluarganya pada Hari ‘Asyura, akan Allah luaskan untuknya sepanjang tahun. Al-Imam Ahmad menjawab, “Hadits tersebut tidak ada asalnya.”

[Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga berkata,

“Adapun yang diriwayatkan tentang

– bercelak pada hari ‘Asyura, atau

– semir, atau

– mandi, atau

– berjabat tangan, atau

– MENGUSAP KEPALA ANAK YATIM, atau

– memakan biji-bijian, atau

– menyembelih, atau semisalnya

Maka ITU SEMUA DUSTA atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . yang seperti itu adalah BID’AH, tidak satupun disukai oleh para imam dalam agama.

Adapun yang dilakukan oleh Ahlul Bid’ah (yakni Rafidhah, pen)  yaitu Niyahah (meratapi kematian), memanggil-manggil orang yang sudah mati, perkumpulan-perkumpulan acara, mencela shahabat, itu semua juga di antara BID’AH dan KEMUNGKARAN YANG TERBESAR. Dan semua bid’ah itu sesat. Meskipun sebagian bid’ah dan kemunkaran itu lebih berat daripada yang lainnya.

 [Iqtidha ash-Shirat al-Mustaqim (1/299)

Dari : http://albaidha.net/vb/showthread.php?t=27501

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button