Fawaid

JELANG DAURAH NASIONAL MASYAIKH DI YOGYAKARTA (7)

NASEHAT ASATIDZAH AHLUS SUNNAH UNTUK SALAFIYYIN

PENGHORMATAN TERHADAP ‘ULAMA DENGAN MENGAMBIL ILMU LANGSUNG DARINYA

Nasehat dari

Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf, hafizhahullah

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد :

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla yang sampai saat ini masih memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat bertafaqquh fid din (mendalami ilmu agama), yang tentu menjadi bekal bagi kita untuk terus memperbanyak dan meningkatkan kualitas amal ibadah kita. Allah berfirman.

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُون [الأعراف/3]

“Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Sedikit sekali mereka mengingat Allah.” (Al-A’raf: 3)

Saudara-saudaraku, Ahlus Sunnah wal Jama’ah Salafiyyun di manapun berada,..

Merupakan suatu anugerah yang besar ketika Allah ‘Azza wa Jalla menanamkan ke dalam jiwa kita kecintaan kepada ilmu dan kecintaan kepada para ‘ulama-nya. Karena memang inilah yang telah diperintahkan oleh  Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ [النساء/59]

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul serta waliyul amri dari kalangan kalian.” (An-Nisa’:59)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan bahwa yang termasuk dari waliyul amri adalah para ‘ulama.

Oleh karena itu Asy-Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan:

يجب على طالب العلم أن يستعين بالله – عز وجل – ثم بأهل العلم، ويستعين بما كتبوا في كتبهم

wajib atas setiap penuntut ilmu (ketika mereka menggali ilmu) untuk memohon pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla kemudian memohon bantuan kepada para ‘ulama melalui apa yang telah mereka tulis di dalam kitab-kitabnya.” (Kitabul ‘Ilmi, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin)

Jadi, cara yang paling tepat untuk mendapatkan ilmu adalah dengan cara mengambil ilmu tersebut langsung (talaqqi) dari para masyaikh.

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ  [النحل/43]

Bertanyalah kalian kepada ahlu dzikri (para ulama) jika kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43)

Dan banyak lagi ayat dalam permasalahan ini, yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan.

Telah tsabit sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud dari sahabat Abu Darda’ radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

” العلماء ورثة الأنبياء وإن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما ورثوا العلم فمن أخذه أخذ بحظ وافر ” .

( قال الشيخ الألباني : صحيح )

“Para ‘ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti dia telah mengambil bagian yang sempurna.” [HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh al-Albani ]

Saudara-saudaraku Ahlus Sunnah as Salafiyyun…

Dalam waktu dekat ini, insya Allah para ulama dan para masyayikh akan hadir di tengah-tengah kita. Maka ini adalah kesempatan yang paling baik untuk kita dapat menimba ilmu dan bimbingan langsung dari mereka hafizhahumullah.

Para ‘ulama adalah pengganti para nabi dalam mengajarkan dan menyampaikan ilmu kepada manusia. Karena itu wajib hukumnya bagi kita semua untuk menggali ilmu agama dari mereka.

Saya mengajak kepada diri saya pribadi dan kepada seluruh ikhwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk menyambut kehadiran para ulama kita. Mari kita sambut mereka sebagaimana penghormatan dan sambutan para salaf kita kepada para ‘ulama-nya.

Salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Zaid bin Tsabit (beliau adalah seorang pemimpin bagi penduduk Madinah di masanya, beliau juga seorang ‘alim dalam bidang fiqh, qiro’ah, ilmu fara’idh, serta berbagai disiplin ilmu yang lainnya). Ketika beliau sedang menunggangi seekor keledai, maka sabahat Ibnu ‘Abbas berdiri di sampingnya layaknya seorang budak di depan tuannya. Kemudian shahabat Ibnu ‘Abbas memegangi tali pelana keledai tersebut, Zaid bin Tsabit berkata: “Tidak perlu begitu wahai anak paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ?

Tapi apa jawaban shahabat Ibnu ‘Abbas menjawab: “beginilah kami diperintahkan untuk berbuat kepada para ulama kami.”

Coba kita lihat saudara-saudaraku sekalian, bagaimana penghormatan dan penerimaan yang dicontohkan oleh Ibnu ‘Abbas, sebagaii pelajaran bagi kita semua, apa yang seharusnya kita lakukan terhadap para ulama kita.

Sebuah atsar dari Al-Imam Thawus berkata : “Termasuk dari sunnah memuliakan para ulama.” [Jami’ul Bayan Ilmi wa Fadhlihi]

Dan termasuk dari memuliakan para ‘ulama adalah mengambil ilmu langsung dari hadapan mereka.

Saudara-saudaraku Ahlus Sunnah wal Jama’ah as Salafiyyun di manapun berada…

Saya tidak akan berpanjang kata. Sebagai kalimat penutup, saya nukilkan ucapan dari Fadhilatush Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah ta’ala wa ra’aahu :

والعلم إنما يتلقى ويؤخذ عن العلماء الثقات، فالواجب على المتعلمين أن يرتبطوا بالعلماء الثقات المعروفين بسلامة المعتقاد

Sesungguhnya ilmu itu diterima dan diambil dari para ulama yang terpercaya. Maka wajib bagi seluruh penuntut ilmu untuk mengikatkan diri mereka kepada para ulama yang terpercaya dan memang dikenal dengan keselamatan dan kebenaran aqidahnya.”

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa memanfaatkan kesempatan yang baik ini yang telah Allah lapangkan kepada kita semuanya.

وفق الله الجميع لما يحبه ويرضاه، وصلى الله على محمد وسلم تسليما

Bandung, 17 Rajab 1430 H

10 Juli 2009 M

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button