Nasehat

Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia (4)

KEDUA :

Daurah Ilmiah Asatidzah Di Yogyakarta (Jogja)

Daurah Ilmiah tahunan yang diselenggarakan oleh ikhwah salafiyyin di Indonesia, tepatnya di kota Yogyakarta (Jogja), termasuk daurah-daurah yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada kaum. Daurah tersebut berhasil menghidupkan kembali di tengah-tengah para thullabul ‘ilmi (penuntut ilmu) kebiasaan para as-salafush shalih melakukan rihlah (perjalanan) untuk menuntut ilmu, semangat mempelajari ilmu, dan berakhlak dengan akhlak para ahli ilmu.

Daurah ini dihadiri oleh para thullabul ‘ilmi (penuntut ilmu) dari seluruh penjuru Indonesia dan kepulauan-kepulauannya yang banyak. Sebagian mereka datang dengan naik kapal melewati lautan dan pulau-pulau. Sebagian yang lain dengan mengendarai pesawat terbang. Sebagian yang lain dengan mobil-mobil dan kereta api. Mereka menempuh jarak yang mencapai ribuan kilo meter. Mereka harus melewati gunung-gunung, lembah, dan sungai-sungai.

Yang aku saksikan pada mereka perilaku yang baik, semangat untuk menerapkan sunnah pada penampilan mereka dan shalat mereka, serta semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu.

Aku melihat mereka dalam keadaan masjid sudah penuh sesak oleh mereka. Mereka berkumpul di sekitar meja pengajar. Hampir-hampir tidak ada tempat kosong di antara mereka. Jumlah mereka mencapai 500 orang!!

Pemandangan yang seperti ini akan membuat pandangan mata menjadi sejuk, jiwa menjadi bahagia, harapan kepada Allah semakin kuat, dan harapan mendapakan pertolongan dari-Nya bagi para muwahhidin. Allah pasti akan memenangkan agama-Nya walaupun orang-orang musyrik, kafir, dan munafik membencinya, dan meskipun mereka mengupayakan berbagai makar untuk menyerang Islam dan para pemeluknya, berusaha sungguh-sungguh untuk menyesatkan dan menghalangi mereka dari agama mereka yang benar dengan berbagai macam makar dan tipu daya, maka sesungguhnya Allah akan menggagalkan tipu daya dan makar mereka.

وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ، وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (30) [الأنفال/30 ]

Mereka melakukan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. [Al-Anfal : 30]

Meskipun mereka berusaha dengan keras untuk merubah fitrah kaum muslimin, menanamkan fitnah sesama mereka, dan memasukkan bid’ah dan khurafat kepada mereka, serta menenggelamkan mereka dengan berbagai bentuk syahwat, maka sesungguhnya Allah Yang akan memadamkan itu semua. Dia yang akan menjadikan tipu daya mereka kembali kepada leher-leher mereka. Dia akan mengeluarkan dari keturunan kaum muslimin orang yang mengibarkan bendera as-sunnah, mendakwahkan Islam yang benar dan bersih dari kotoran syirik dan bid’ah, berakhlak dengan Islam dan pondasi-pondasinya yang agung. Maha Benar Allah, Dzat Yang Maha Mulia dan Maha Hikmah ketika Ia  berfirman:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (9) [الصف/8، 9]

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya”. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa hidayah (ilmu yang bermanfaat) dan agama yang benar (amal shalih) agar Dia memenangkannya (agama tersebut) di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. [Ash-Shaf : 8-9]

Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan anugerah (barakah) dalam keikutsertaan kami dalam daurah ini, yaitu dengan menjelaskan Kitabul ‘Ilmi dari kitab Shahih Al-Bukhari secara lengkap, demikian pula dengan menjelaskan awal Kitabus-Sunnah dari kitab Sunan Abi Daud. Kedua kitab ini di antara kitab pegangan yang diajarkan dalam Daurah Ilmiyyah pertama di Masjid Jami’ Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallah ‘anhuma, Hafrul Bathin, sebagaimana telah lalu.

Sedangkan saudaraku, Asy-Syaikh DR ‘Abdullah bin ‘Abdurrahim Al-Bukhari ikut andil dengan mengajarkan manzhumah Al-Baiquniyyah dan Kitabun-Nikah dari kitab Manhajus Salikin karya Al-‘Allamah As-Sa’di. Sebagaimana pula saudaraku Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri mengajarkan Kitab Fafhul Rabbil Bariyyah bi Talkhis Al-Hamawiyyah.

Ditambah lagi dengan penyampaian pelajaran yang sukses, disampaikan di sejumlah muhadharah yang dilaksanakan di Masjid Jami’ lain di wilayah yang sama (yang beliau maksud adalah Daurah Umum di Masjid Agung Bantul – Yogyakarta) yang jarak tempuhnya dari pusat pengadaan Daurah Ilmiah Asatidzah adalah sekitar 45 menit.

Penyampaian muhadharah tersebut (Daurah Umum) dilakukan secara bergantian antara kami bertiga. Sebagaimana pula aku dan Asy-Syaikh Khalid menyampaikan dua kali muhadharah ketika kami kembali ke Jakarta. Tema muhadharah yang aku sampaikan adalah berkaitan dengan hak Allah atas para hamba, yaitu tauhid, serta penjelasan buahnya ketika di dunia dan di akhirat dan penjelasan bahwasanya buah tersebut hanya akan terwujud bagi merkea yang mengikuti petunjuk Nabi dan menerapkan sunnah beliau, baik dalam ibadah maupun dalam aqidah. Sebagaimana pula Allah  telah memberikan taufik dengan aku bisa menyampaikan khutbah Jum’at dengan tema ini pula. Teriring do’a memohon kepada Allah untuk seluruh kalangan agar diberi keikhlasan dan diterima amalannya.

Daurah Ilmiah terlaksana selama satu pekan. Masa-masa daurah tersebut menjadi waktu yang paling indah, karena kami menghabiskannya dalam suasana keilmuan bersama para ikhwah yang memiliki semangat tinggi. Semangatmu menjadi pendorong untuk menyampaikan, membahas, serta mendiskusikan berbagai masalah ilmiyyah.

Waktu-waktu pelajaran mayoritasnya pada siang hari dan seusai shalat berjama’ah :

–          setelah shalat Shubuh selama dua jam,

–          Jam 09.30 pagi hingga menjelang Zhuhur,

–          setelah shalat Zhuhur,

–          setelah shalat ‘Ashar,

–          setelah shalat ‘Isya’ dua jam.

Adapun waktu setelah Maghrib adalah waktu istirahat untuk para pelajar dan menyantap makan malam.

Pada kesempatan ini, aku ingin memberikan dorongan kepada para masyayikh dan para thullabul ‘ilmi (penuntut ilmu) untuk berta’awun bersama para ikhwah tersebut yang telah membukakan bagi kita pintu yang lebar untuk mengajar dan menyebarkan ilmu, sunnah, tauhid, dan berbagai muhadharah di hadapan jumlah hadirin yang begitu besar. Allah Yang memberikan taufik dan petunjuk kepada jalan yang lurus.

sumber : http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1472

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button