asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih al-Fauzan hafizhahullah,
“Tidak diragukan, bahwa para pemuda umat adalah asas bangunan kemanusiaan, yang umat tegak di atasnya. Para pemuda adalah generasi yang akan memikul tanggung jawab setelah ayah-ayah mereka. Pada pemuda terdapat kekuatan fisik, pikir, dan semangat baru, yang tidak dimiliki oleh generasi tua.
Pada para orang tua terdapat hikmah dan pengalaman. ¹) Sedangkan pada pemuda terdapat kekuatan dan potensi. Apabila pemuda dan orang tua saling bekerja sama dalam kebangkitan umat maka akan menghasilkan kebaikan yang banyak. Namun apabila para pemuda memisahkan diri dari ayah-ayah dan para orang tua mereka, maka akan masuk syaithan jin dan manusia ke tengah-tengah mereka. Maka para pemuda akan bergerak ke arah lain yang merugikan umat.
Dari sinilah, Nabi — Shallallahu ‘alaihi wa sallam — sangat mementingkan urusan para pemuda. Beliau bersabda kepada sepupu beliau ‘Abdullah bin ‘Abbas — radhiyallahu ‘anhuma — yang ketika itu masih seorang anak muda kecil. Nabi bersabda,
[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] يا غلام! إني أعلمك كلمات: احفظ الله يحفظك، احفظ الله تجده تجاهك …. [/sc_typo_arabic]
“Wahai anak muda, sungguh aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat : “Jagalah (agama) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (agama) Allah niscaya kamu akan mendapatkan Dia di hadapanmu… “
Kata-kata ini merupakan manhaj (prinsip) bagi para pemuda yang mereka berjalan di atasnya. Karena wasiat Nabi — shallallahu ‘alaihi wa sallam — kepada satu orang merupakan wasiat untuk semua. ….
Wasiat (dalam hadits tersebut) mengandung bimbingan agung untuk para pemuda dalam aqidah, sikap, dan akhlak mereka, serta tawakkal kepada Allah dan iman kepada Qadha dan Qadar. Jadi itu merupakan wasiat yang menyeluruh dan agung.
Ket :
¹) Tentunya yang dimaksud bukan sekedar orang tua dalam hal usia, namun juga berilmu al-Qur’an dan as-Sunnah serta manhaj salaf. (pen)
Taujihaat Muhimmah ila Syabaab al-Ummah, 7-8