Fawaid

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (9)

Benarkah Tidak Ditanya di Alam Kubur?

Kita para du’at yang selama ini mengajarkan ilmu kepada umat. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mengajarkan kepada umat ilmu, kebaikan, dan sunnah.

Di antara keajaiban yang muncul di tengah-tengah du’at adalah: ditebarkannya syubhat yang hendak mengacaukan barisan salafiyyin.

Sebagaimana yang antum tahu, tidak ada kelompok yang mengajarkan syari’at agama: – baik tauhid, aqidah, akhlak,adab, muamalat – kecuali salafiyyin. Maka ketika salafiyyin mengingatkan umat dari kebatilan dan para pengusung kebatilan, dimunculkan syubhat:

Kamu di kubur tidak akan ditanya tentang Ihyaut Turats!! Kamu tidak akan ditanya di kubur tentang si fulan!!

Thoyyib, apakah kamu juga akan ditanya di kuburmu tentang shalat? Apakah kamu akan ditanya di kuburmu tentang jual beli haram? Makanan haram? Tidak ada, dalil hanya menyebutkan akan ditanya dari 3 hal saja: Siapa Rabbmu, siapa Nabimu, dan apa agamamu.

Syubhat ini hanyalah filsasat saja. Menampakkan pada manusia wara’ dan ibadah, padahal dia orang paling jauh dari wara’ dan ibadah! Menampakkan pada manusia seolah orang yang paling menjaga lisan, padahal dia orang paling jauh darinya. Mereka menghendaki kacaunya ahlus sunnah, menghentikan ahlul haq dari amalan mereka menjelaskan al-haq.

(dari dars ‘Aqidatu Ahlis Sunnah bersama asy-Syaikh Hani’ bin Braik hafizhahullah)

* * *

Pertanyaan: Tentang pernyataan, (“Kamu di kubur tidak akan ditanya tentang Ihyaut Turats. Kamu tidak akan ditanya di kubur tentang si fulan” ) mungkin pengucapnya memaksudkan bahwa kita harus memulai dakwah dari yang terpenting…

Jawab: Tidak. Tanyakan kepada orang berpengalaman wahai saudaraku. Tidak, sama sekali tidak (yakni ucapan/syubhat tersebut bukan itu maksudnya). Aku bersumpah bahwa ucapan (syubhat) tersebut merupakan uslub (cara) kaum hizbiyyin.

Kalau ucapan tersebut muncul dari saudara kita yang berjalan di atas sunnah, maka dia telah terjatuh kepada cara-caranya hizbiyyin. Dia harus rujuk darinya.

Benar, bahwa kita mengajarkan ushuluts tsalatsah, tauhid, … dst, dan kita juga mengajarkan bahaya (kejelekan) hizbiyyah!! Agar diwaspadai dan tidak terjatuh padanya.

Hati-hatilah!! Berjalanlah kamu di atas sunnah, waspadalah dari hizbiyyah, waspadalah dari paham takfir, waspadalah dari berbagai paham rusak yang ada sekarang. Berhati-hatilah. Berpeganglah kepada metode para ‘ulama, dan jadikanlah tempat rujukanmu adalah para ‘ulama besar. (Inilah tarbiyyah) Barangsiapa yang tumbuh di atas tarbiyah yang demikian, maka dia tidak bisa digelincirkan oleh hizbiyyin. Namun seorang anak yang tidak pernah ditarbiyyah dengan metode di atas, tidak pernah mendengar peringatan (tahdzir) dari paham takfir, tidak pernah mendengar peringatan dari Ikhwanul Muslimin, hizbiyyah, … dst maka ketika dia besar, tatkala datang syubhat padanya (misalnya, syubhat dengan menggunakan qaidah : “sesuatu yang tidak bisa terwujud kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itupun wajib.” Di antara kewajiban adalah menerapkan syari’at. Tidak mungkin penerapan syari’at tersebut terwujud kecuali dengan dibentuk kelompok … dst ) dan berbagai syubhat lainnya yang belum pernah ia dengar (bantahannya pada masa belajar dulu), maka dia bisa terseret kepadanya.

Syubhat di atas [1], apabila diucapkan oleh saudara kita salafy, maka dia telah terjatuh kepada cara-cara hizbiyyin. Maka dia wajib bertaubat dari ucapan tersebut.

(dari Tanya Jawab terakhir bersama asy-Syaikh Hani’ bin Braik hafizhahullah)



[1]  Yaitu urusan Ihya’ut Turats tidak akan ditanya di alam kubur, dan yang semakna dengan ini.

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button