Fawaid

Mengenal Kitab-Kitab al-‘Allamah DR. Rabi’ bin Hadi al-Madkhali

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وعلى آله وصحبه، وبعد

 

Di antara faktor-faktor kegembiraan dan kesenangan adalah menyampaikan kabar dan berita yang menggembirakan untuk ahlus sunnah di setiap tempat, juga kepada para pecinta asy-Syaikh al-Mujahid Abu Muhammad Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – semoga Allah menjaganya serta menjadikan ilmu dan jihad beliau bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin –

Telah terbit beberapa judul kitab karya asy-Syaikh Rabi’, yang untuk pertama kali diterbitkan oleh Dar al-Mirats  an-Nabawi lin Nasyr wat Tauzi’. Kitab-kitab asy-Syaikh Rabi’ sangat bernilai tinggi dan memperkaya perpustakaan-perpustakaan Islam. Di antaranya,

اللباب

من مجموع نصائح وتوجيهات الشيخ ربيع للشباب

 Al-Lubab min Majmu’ Nasha’ih wa Taujihat asy-Syaikh Rabi’ lisy Syabab

Mutiara Terpilih dari Kumpulan Nasehat dan Bimbingan asy-Syaikh Rabi’ untuk Para Muda Islam

Selayang Pandang tentang Kitab :

Kitab ini berisi tentang nasehat-nasehat asy-Syaikh Rabi’ yang sangat mahal kepada para muda Ahlus Sunnah wal Jama’ah di segenap penjuru negeri. Kata-kata asy-Syaikh Rabi’ datang bagaikan untaian mutiara dan perhiasan yang berkilauan.  Kata-kata yang sarat dengan kandungan ilmu-ilmu syar’i, nasehat-nasehat tarbawiyah, dan bimbingan-bimbingan atsariyah dan manhajiyyah.

Di antara bimbingan asy-Syaikh Rabi’ yang terkandung dalam kitab tersebut,

“Berupaya seriuslah kalian untuk menghafal Kitabullah, dan menghafal apa yang kalian mampu dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian mempelajari kitab-kitab para ‘ulama mu’tabar, serta karya tulis para imam mu’tabar dari kalangan para imam sunnah.  Jauhilah kitab-kitab ahlul ahwa’ (para pengekor hawa nafsu) dan orang-orang sesat. Karena kebanyakan orang yang mengikuti dan membaca kitab-kitab dan kaset-kaset tersebut terjatuh dalam penyimpangan.”

Di antara isi kitab tersebut, asy-Syaikh Rabi’ ditanya :

“Fadhilatusy Syaikh hafizhahullah – telah banyak sampai (kepada kita) ucapan para salaf tentang sikap terhadap ahlul bid’ah pada zaman mereka. Apakah bisa kita menerapkan sikap para salaf tersebut untuk orang-orang yang menyimpang pada masa kita ini, meskipun mereka tidak sampai pada kadar bid’ah yang dilakukan oleh para ahlul bid’ah pada masa salaf?”

Maka dengan penuh arif dan bijak, asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah menjawab,

“Apakah kita beriman bahwa Islam itu cocok untuk semua tempat dan zaman, maka apa yang dihapami oleh para ‘ulama salaf terhadap Islam, Kitabullah, dan Sunnah Rasullullah dan mereka terapkan kepada ahlul bid’ah pada masa mereka, itu cocok untuk semua tempat dan zaman  sampai Allah mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya.” (hal. 87)

Beliau juga, ditanya :

“Sebagian orang mengatakan, bahwa dia menisbahkan diri pada dakwah-dakwah hizbiyyah adalah karena taklid. Dan tidak ada ingkar kepada seorang yang bertaklid.”

Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah menjawab,

“Nashoro, Yahudi, dan orang-orang Rafidhah, anak-anak mereka itu muqallidun (bertaklid). Demikian pula, ahlul bid’ah semuanya adalah muqallidun dalam kebatilan. Namun Allah mengingkari mereka dengan pengingkaran yang sangat keras, (yaitu dalam firman-Nya tentang kondisi mereka), “Namun kami mendapati ayah-ayah kami di atas sebuah agama/keyakinan, dan kami mengikuti jejak mereka.” (az-Zukhruf : 22) mereka berkata di neraka nanti, “Wahai Rabb kami, kami telah mentaati (mengikuti) tokoh-tokoh dan pembesar-pembesar kami, sehingga mereka menyesatkan kami. Wahai Rabb kami berikanlah kepada mereka dua kali lipat adzab, dan laknatilah mereka dengan laknat yang besar.” (al-Ahzab 67-68)

Seorang muqallid, apabila dia bertaklid terhadap seorang imam yang mu’tabar, maka berarti dia benar-benar lemah tidak mampu memahami Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Maka orang seperti ini diberi udzur. Namun hendaknya dia bertanya kepada ‘ulama tentang firman Allah (Kitabullah) dan tentang sabda Rasulullah (as-Sunnah). Bukan bertanya tentang ucapan al-Banna dan Sayyid Quthb, bukan bertanya tentang ucapan al-Maududi, atau ucapan si fulan, dan fulan. Bukan.

Hendaknya dia bertanya kepada ‘ulama terpercaya tentang firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Adapun menutup mata dan mengikuti semua seruan/ajakan, kemudian mengatakan, “Saya ini muqallid, tidak boleh diingkari.” Maka kita katakan, “Ya kamu muqallid dengan taqlid yang batil.” (hal. 19)

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button