Fawaid

Silsilah Badr (1) : Musnad Imam yang Empat

Silsilah Fawaid dari asy-Syaikh Badr bin Muhammad al-Badr (1)

Musnad-Musnad Para Imam yang Empat

الحمد لله وحده والصلاة والسلام علي من لا نبي بعده واله وصحبه
وبعد:

Ini merupakan gambaran singkat tentang kitab-kitab Musnad Para Imam yang empat, semoga Allah merahmati mereka semua.

Aku memohon kepada Allah agar menjadikanya bermanfaat.

1. Musnad al-Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit rahimahullah :
al-hafizh adz-Dzahabi di dalam as-siyar (XV/435) berkata:
“Bukan beliau yang menulisnya, sesungguhnya yang menulisnya adalah Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ya’qub al-Haritsi,  yang terkenal dengan nama Abdulah al-Ustadz.”
al-Kattani di dalam risalah al-Mustathrofah (16) mengatakan :
“Musnad Abu Hanifah dinisbahkan kepada beliau karena musnad tersebut (disusun) dari hadits yang beliau (riwayatkan), walaupun bukan merupakan tulisan beliau sendiri.”
Musnad Abu Hanifah adalah kitab yang penulisnya mengumpulkan di dalamnya hadits-hadits yang diriwayatkan Abu Hanifah oleh dari guru-guru beliau dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Muhammad bin Abid as-Sindi telah mengurutkanya berdasarkan bab-bab ilmu fiqh, dan disyarh (dijelaskan) oleh Al-Allamah Mula Ali al-Qori.

2. Musnad al-Imam Malik bin Anas al-Ashbahi rahimahullah. 
Berkata al-Hafizh adz-Dzahabi dalam kitab as-Siyar (XVI/436):
“Bukan al-Imam Malik yang menulisnya, namun penulisnya adalah Abul Qosim ‘Abdurrahman bin Abdullah Al-Jauhari al-Ghofiqi al-Maliki, dilengkapi dengan ‘ilalnya, perbedaan-perbedaan lafazhnya, penjelasan dari sisi bahasa, keadaan perawinya, dan penyebutan nama para guru al-Imam Malik. Beliau menyusunnya dengan sangat bagus. Beliau juga menulis karya tentang hadits al-Imam Malij yang tidak terdapat pada kitab al-Muwaththo‘.”

al-Kattani mengatakan dalam ar-Risalah al-Mustathrofah (16):  “al-Ghofiqi memiliki karya musnad al-Muwaththo’ dan karya musnad yang tidak terdapat pada al-Muwaththo’.”

3. Musnad al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah
Berkata al-Hafizh adz-Dzahabi di dalam as-Siyar(XII/589):
“Bukan beliau yang menulisnya, namun penulisnya adalah Abul Abbas al-Ashom dari kitab al-Umm.”
al-Kattani di dalam ar-Risalah al-Mustathrofah (17) mengatakan:
“Musnad asy-Syafi’i bukan dari tulisan beliau, namun merupakan kumpulan hadits yang beliau sampaikan lengkap dengan sanadnya, yang kemudian didengar oleh (yakni sampai kepada) Abul Abbas al-Ashom melalui ar-Robi’ bin Sulaiman. Ada pula yang mengatakan bahwa al-Ashom mengumpulkanya sebagai catatan pribadi, kemudian ia beri nama Musnad asy-Syafi’i dan belum dirapikannya. Karena itu terjadilah pengulangan (hadits) di beberapa tempat.”
Musnad as-Syafi’i disebut dengan musnad karena hadits-haditsnya dengan rangkaian perowi sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (musnadah/sanadnya bersambung sampai kepada Rasul)
Al-Allamah ar -Rofi’i telah mensyarhnya dengan syarh yang bagus.
Muhammad ‘Abid as-Sindi mengurutkannya sesuai dengan bab-bab fiqh, sehingga menjadi mudah untuk merujuk kepadanya.

4. Musnad al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal rahimahullah
al-Hafizh adz-Dzahabi di dalam as-Siyar (XIII/521) mengatakan :
al-Imam Ahmad bukan sengaja membuatnya sebagai sebuah karya. Kitab musnadnya ini bukan beliau yang menulisnya dan tidak pula beliau menyusunya dan tidak pula merapikanya. Namun beliau meriwayatkannya untuk putranya, yang kemudian disalin, atau dalam bentuk juz (tulisan ringkas berisi hadits-hadits), dan beliau memerintahkan kepadanya untuk meletakkan hadits yang ini ke dalam musnad fulan, dan hadits yang itu pada musnad fulan.”

Musnad al-Imam Ahmad merupakan kitab yang besar sekali, padanya terdapat ribuan hadits, mencapai 30 ribu hadits, bahkan ada yang mengatakan lebih dari itu.
Kitab tersebut disusun hadits-haditsnya berdasarkan (nama-nama) shahabat yang meriwayatkan hadits-haditsnya, radhiallahu anhum.
Padanya terdapat tambahan dari putra beliau, Abdullah. Tambahan tersebut tidak sedikit. Juga terdapat tambahan sedikit dari Abul Qothi’i.
Al-Allamah as-Sindi memberikan catatan kaki yang baik terhadap musnad tersebut, dan mensyarh lebih dari sepuluh ribu haditsnya.
Al-Allamah Ahmad as-Sa’ati telah merapikanya dan menamainya dengan al-Fath ar-Rabbani tartib musnad Ahmad bin Hambal asy-Syaibani, beliau menghapus sanad-sanad yang terulang dan menjadikannya pada bab-bab at-Tauhid, al-Fiqh, at-Tafsir, at-Targhib wa at-Tarhib, at-Tarikh, kemudian as-Siroh.

Ditulis oleh:

Badr bin Muhammad al-Badr

Terbaru

Satu komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button