FawaidNasehat

Ziarah Al-Wushabiyyah di Darul Hadits As-Salafiyyah Al-Vyosh (3)

Petikan Muhadharah

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Walid Abu Ibrahim Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi hafizhahullah

Dalam Ziarah Al-Wushabiyyah

Darul Hadits As-Salafiyyah Al-Vyosh

8 Dzulhijjah 1431

http://www.4shared.com/file/AJD_fnBl/003_SyWushabi_Wsybyh08111431.html

 

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan kaum mukminin dan mukminat, sebahagian mereka (adalah) menjadi wali (pembela, kekasih, dan teman) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, serta mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah : 71)

 

Ayat di atas menjelaskan sifat-sifat mulia kaum mukminin. Allah memulainya dengan sifat al-walayah (saling cinta, kasih sayang) antar sesama mereka.

 

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan :

Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah seperti sebuah bangunan. Satu sama lain saling menguatkan. Seraya beliau menyilangkan jari jemarinya (Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu)

 

Lihatlah sifat-sifat indah ini. Mereka saling

 

Permisalan kaum mukminin dalam saling kasih, saling sayang, dan saling lembut antar mereka adalah seperti jasad. Apabila salah satu anggota badan kesakitan, maka anggota badan lainnya ikut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam. (Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu)

 

Maka apabila terwujud iman, maka terwujudlah ukhuwwah imaniyyah. Itu pasti. Saling bersaudara karena Allah, saling mencinta karena Allah, saling berkasih sayang karena Allah. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

 

Demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya, tidaklah kalian masuk Al-Jannah hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan pada satu amalan yang apabila kalian kerjakan maka kalian akan saling mencinta? Tebarkanlah salam di tengah-tengah kalian. (HR. Muslim, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

 

Ukhuwwah fillah, mahabbah fillah, at-ta’awun ‘alal birr wat taqwa merupakan salah satu prinsip penting dalam agama kita, semestinya kita harus memperhatikannya.

 

Demikian juga sebagaiman yang kita ketahui, pertama kali yang dilakukan oleh Rasulullah sesampainya di Madinah adalah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar.

 

Kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala pada ayat di atas memulainya dengan sifat al-walayah? Karena amal-amal setelah tidak akan bisa dikerjakan oleh kaum mukminin kecuali setelah terwujudnya al-walayah antara mereka. “ … kecintaan, sampaikan salam pada saudaramu muslim, engkau gembira dengan engkau menjabat tangannya ketika dia tiba dari safar, engkau gembira dengan kedatangannya, gembira bertemu dengannya, duduk bersamanya, seperti badan yang satu, bangunan yang satu, jari-jemari yang saling terkait satu sama lainnya.”

 

Apabila al-walayah ini telah terwujud, maka akan terwujud pulalah sifat-sifat setelahnya. Kemudian lihatlah balasan yang mereka tuai dari sifat-sifat indah  tersebut : “Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.”

 

Kesatuan hati yang terwujud antara ahlus sunnah wal jama’ah tidak ada bandingannya pada firqah manapun. Ini merupakan kelebihan yang Allah berikan kepada Ahlus Sunnah.

 

Demikian juga saling berkunjung merupakan salah satu yang memperkuat kesatuan hati dan ukhuwwah antara ahlus sunnah.

 

Apabila Allah mencintai penghuni sebuah rumah, maka Allah akan masukkan kepada mereka ar-rifq (kelembutan).

 

Tidak ada sikap kasar, tidak ada sikap kaku, tidak ada pula sikap keras. Yang ada adalah kelembutan dan kasih sayang.

 

Sebaliknya apabila Allah membenci penghuni sebuah rumah, maka Allah akan masukkan kepada mereka sikap kasar. Satu sama lain bersikap kasar, keras, dan kaku.

 

Maka perhatikanlah wahai saudara-saudaraku, pentingnya ukhuwwah, saling lembut, dan saling sayang antar ahlus sunnah.

 

Sungguh Allah telah memberikan manfaat besar dengan dakwah ahlus sunnah ini terhadap banyak kalangan. Berapa banyak yang telah Allah selamatkan dari sikap fanatik, hizbiyyah, jam’iyyah. Allah selamatkan mereka dari bid’ah sufiyyah, bid’ah syi’ah, bid’ah Rafidhah, demikian juga Allah selamatkan mereka dari jalannya al-hirak dan para teroris. Berapa banyak jumlah mereka, tak terhitung jumlah mereka kecuali hanya Allah sajalah yang mampu menghitungnya. Sejak zaman Asy-Syaikh Muqbil, hingga Allah  wafatkan beliau, dan terus Allah berikan manfaat dengan markiz beliau, baik ketika beliau masih hidup maupun sepeninggal beliau. Demikian juga Allah berikan manfaat dengan markiz-markiz Ahlus Sunnah lainnya, baik di Ma’bar, Mafraqhubaisy, Shan’a, Hudaidah, Syihr demikian juga markiz ini (yakni Al-Vyosh) yang merupakan markiz ilmi, yang diasuh oleh Asy-Syaikh Al-Faqih Al-‘Allamah Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Umar waffaqahullah. Dakwah mubarakah, dakwah ilmu. Dakwah ahlus sunnah adalah dakwah ilmu, sunnah, dan tauhid, serta dakwah kepada ibadah dan taat kepada-Nya. Dakwah mengajak kepada sikap hormat terhadap waliyyul amr. Ahlus Sunnah tidak lancang terhadap kehormatan muslimin, demikian juga terhadap kehormatan waliyul amr. Ahlus sunnah adalah orang-orang yang lisan mereka ‘afifah (terjaga).

 

 

 

 

 

 

Terbaru

2 Komentar

  1. Subhanalloh, nasehat yang sangat indah..Semgoa Allah Ta’ala selalu menjaga “Ulama Ahlussunnah dimanapun berada”..aamiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button