Fiqih

Bersungguh-sunggulah kalian dalam menghitung dan mencermati hari-hari bulan SYA’BAN

Mengingatkan Kembali …
“Bersungguh-sunggulah kalian dalam menghitung dan mencermati hari-hari bulan SYA’BAN …

Al-Imâm Abû Dâwûd meriwayatkan dengan sanadnya (no. 2325) dari shahabat ‘Âisyah radhiyallahu ‘anha berkata :

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] « كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلاَلِ شَعْبَانَ مَا لاَ يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ ، عَدَّ ثَلاَثِينَ يَوْمًا ، ثُمَّ صَامَ »[/sc_typo_arabic]

“Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berupaya serius menghitung (hari, sejak) hilâl bulan Sya’bân, tidak sebagaimana yang beliau lakukan pada bulan-bulan lainnya. Kemudian beliau bershaum berdasarkan ru’yah (hilâl) Ramadhan. Namun apabila (al-hilâl) terhalangi atas beliau, maka beliau menghitung (Sya’bân menjadi) 30 hari, kemudian (esok harinya) barulah beliau bershaum.”

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Imâm Ahmad (VI/149), Ibnu Khuzaimah (1910), Ibnu Hibbân (3444) [1]), Al-Hâkim (I/423) Al-Baihaqi (IV/406). Ad-Dâraquthni (2149) menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan shahih. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abî Dâwûd no. 2325.

Hadits ini menunjukkan :

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupaya lebih serius menghitung hari-hari bulan Sya’bân sejak hari pertama terlihat al-hilâl. Hal ini tidak sebagaimana yang beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain. Bahkan dalam hadits lainnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk melakukan hal yang sama. Dalam hadits yang diriwayatkan dari shahabat Abû Hurairah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] « أَحْصُوا هِلاَلَ شَعْبَانَ لِرَمَضَانَ وَلاَ تَخْلِطُوا بِرَمَضَانَ إِلاَّ أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صِيَامًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ وَصُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَإِنَّهَا لَيْسَتْ تُغَمَّى عَلَيْكُمُ الْعِدَّةُ »[/sc_typo_arabic]

“Hitunglah bilangan bulan Sya’bân agar kalian mengetahui masuknya bulan Ramadhan. Janganlah kalian mendahului Ramadhan kecuali jika bertepatan dengan hari yang dia memang terbiasa bershaum padanya. Laksanakanlah shaum Ramadhan berdasarkan ru`yatul hilâl dan beri’idulfitrilah kalian berdasarkan ru`yatul hilâl.”
[HR. Ad-Dâraquthni (2174). Al-Hâkim I/425 dan At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (no. 687) meriwayatkannya secara singkat. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam Ash-Shahîhah no. 565]

Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan makna hadits tersebut :
“Bersungguh-sunggulah kalian dalam menghitung dan mencermati (hari-hari bulan Sya’bân), yaitu dengan kalian memperhatikan waktu-waktu terbit (al-hilâl) dan melihat peredarannya. Agar kalian benar-benar di atas ilmu dalam mencari hilâl bulan Ramadhan dengan sebenarnya, sehingga sedikit pun tidak ada yang terluput dari kalian.” [2])

Kebiasaan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam adalah bershaum Ramadhan berdasarkan RU’YATUL HILAL. Namun apabila al-hilâl terhalangi, maka beliau menyempurnakan bulan Sya’bân menjadi 30 hari.

—————-
[1] Shahih Ibni Hibban bitartib Ibni Bilban, Mu`assasah Ar-Risalah – Beirut.

[2] Lihat Tuhfatul Ahwadzi syarh hadits no. 687.

Majmu’ah Manhajul Anbiya

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button