Fawaid

Dasar Agama dan Kaidahnya

Dasar Agama dan Kaidahnya

oleh asy-Syaikh Zaid al-Madkhali hafizhahullah

(Faidah dari Dars Syarh al-Lu’lu wa al-Marjan)

Dasar Agama dan Kaidahnya adalah Syahadat Laa ilaaha illallah, dengan segenap makna yang terkandung di dalamnya, terpenuhi rukun, syarat-syarat, dan kewajiban-kewajibannya, serta keutamaan-keutamaan yang terkait dengannya. Syadahat ini tidak akan diterima kecuali apabila disertai dengan Syahadat Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dua syahadat tersebut merupakan satu rukun (dalam rukun Islam, pen). Syahadat Laa ilaaha illallah dan Syahadat Muhammad Rasulullah. Dua Syahadat tersebut merupakan Dasar agama dan kaidahnya, kunci al-Jannah (surga), dan garis pemisah antara muslim dan bukan muslim. Seorang adalah barangsiapa yang mengucapkan syahadat tersebut, dalam kondisi dia berilmu/mengerti tentang maknanya, mengamalkan konsekuensinya. Adapun yang bukan muslim adalah barangsiapa yang tidak mengerti maknanya dan tidak beriman terhadap konsekuensinya.

Berapa banyak dalam kedua syahadat tersebut terdapat berbagai keutamaan yang sangat besar. Di antara keutamaan besar tersebut, seorang yang mengucapkannya dengan ia berilmu tentang maknanya, mengerti tentang konsekuensinya, maka meskipun dia berbuat dosa besar, dosa-dosa besar, meskipun dia diadzab dalam neraka, namun dia tidak kekal di dalamnya selama-lamanya seperti kondisi orang-orang kafir dengan kekafiran besar, syirik akbar, nifaq keyakinan, dan ilhad yang mengeluarkan pelakuknya dari agama (maka mereka kekal di dalam neraka selama-lamanya). Namun dia meskipun dia diadzab oleh Allah, maka dia diadzab sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan. Adapun tempat tinggal terakhirnya adalah jannah (surga). Karena dia termasuk ahli kalimat Laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah, meskipun dia berbuat zina, mencuri, dan meminum khamr. Namun tidak boleh bagi seorang muslim untuk bermudah-mudahan berbuat maksiat. Karena jika seseorang diadzab di neraka pada sebagian hari saja, niscaya merupakan adzab yang sangat pedih dan waktu yang sangat lama. Berdasarkan firman Allah Ta’ala

 ﴿وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَن يُخْلِفَ اللَّـهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Rabb-mu adalah seperti seribu  tahun dalam hitungan kalian.” (al-Hajj : 47)

Maka hendaknya seorang muslim senantiasa berupaya serius, selalu dan terus menerus, untuk jauh dari kemaksiatan dan menjaga ketaatan (kepada-Nya). Dengan demikian niscaya dia menjadi termasuk para wali Allah yang shalihin, dan termasuk hizbullah (kelompok-nya Allah). Dengan itu, selamatlah dia dari neraka karena dia telah melakukan sebab-sebab keselamatan, berupa melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, baik secara global maupun secara rinci. Kapan saja dia kurang dalam ketaatannya,atau terjatuh dalam kemaksiatan, maka segera dia bertaubat kepada Allah baik secara zhahir maupun batin. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menamakan diri-Nya dengan ar-Rahim (Maha Penyayang) akan menyambat hamba tersebut dengan menerima taubatnya dan ampunan atas dosa-dosanya, bahkan Allah ganti kejelekan-kejelekannya dengan kebaikan-kebaikan. Hal ini sebaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil al-Qur`an dan as-Sunnah.

Sumber http://ar.miraath.net/fawaid/5718

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button