Fatawa

Kapan seseorang itu disebut sebagai mubtadi’ (ahlul bid’ah)

Kapan seseorang itu disebut sebagai mubtadi’ (ahlul bid’ah)

dijawab oleh

al-‘Allamah Samahatu asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah

Pertanyaan :

Apakah setiap orang yang berbuat bid’ah dinamakan sebagai Ahlul Bid’ah? Kapan ditujukan kata mubtadi’ (ahlul bid’ah) terhadap seseorang?

_____________________________________________________________________________

Jawab :

Pada asalnya barangsiapa yang melakukan bid’ah maka dia disebut sebagai mubtadi’ (ahlul bid’ah). Ini hukum asalnya. Barangsiapa yang berbuat bid’ah maka dikatakan dia sebagai mubtadi’.

Akan tetapi kalau dia jahil (tidak tahu/bodoh), maka dia diajari. Apabila dia mau bertaubat, maka tidak dinamakan sebagai mubtadi’. Namun kalau dia terus (di atas perbuatan bid’ahnya) maka dinamakan mubtadi’ sesuai dengan kebid’ahannya.

Maka, orang yang terus merayakan maulid Nabi, atau maulid-maulid lainnya, maka dia dinamakan sebagai mubtadi’, sampai dia mau bertaubat. Orang yang terus di atas (kebid’ahan) berupa membangun di atas kuburan dan melakukan shalat di sisi kuburan, atau membangun masjid di atasnya, atau membaca kitab-kitab di atas kuburan, maka dia dinamakan sebagai mubtadi’.

Demikianlah orang yang melakukan kebid’ahan yang Allah haramkan, maka dia dinamakan mubtadi’.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(إياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعةٍ ضلالة)

 “Berhati-hatilah kalian dari hal-hal yang baru dalam agama. Karena setiap bid’ah itu adalah kesesatan.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, dalam hadits yang shahih, ketika khutbah Jum’at,

(أما بعـد فإن خير الحديث كلام الله، وخير الهدي هدي محمد – صلى الله عليه وسلم – وشر الأمور محدثاتها وكل محدثةٍ بدعة، وكل بدعةٍ ضلالة)

“Amma ba’d, Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Firman Allah, sebaik-baik bimbingan adalah bimbingan Muhammad – Shallallahu ‘alaihi wa sallam – dan sejelek-jelek urusan adalah perkara yang diada-adakan, dan setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah itu sesat.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

(من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد)

“Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan, yang tidak ada perintah/contoh dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”

Jadi, seorang  muslim melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendukung apa yang diamalkan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta waspada dari bid’ah.

Para pelaku bid’ah itu dinamai sebagai para mubtadi’ (ahlul bid’ah), sampai mereka bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sedangkan orang yang jahil (tidak tahu/bodoh), maka dia diajari (disampaikan ilmu padanya), dan barangsiapa mau bertaubat niscaya Allah akan menerima taubatnya.

Sumber http://www.binbaz.org.sa/mat/10701

Terbaru

Satu komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button