Lain-lain

Dauroh Nasional VII (2) : Khutbah Jum’at Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i

Shalat Jum’at bersama Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i Hafizhahullah

Alhamdulillah. Menjelang pelaksanaan Dauroh Nasional VII, Syaikhuna Al-Fadhil ‘Abdullah Mar’i hafizhahullah telah hadir di Ma’had Al-Anshor. Bertepatan dengan Jum’at 14 Sya’ban 1432 H/15 Juli 2011 M beliau berkesempatan menyampaikan khutbahnya di masjid Ma’had Al-Anshor. Berikut kami sajikan kepada antum semua intisari khutbah beliau. Adapun rekaman suaranya bisa didownload pada link berikut :

http://www.4shared.com/file/b7JaYfws/khutbH_SYAIKH_ABDULLOH.html

Khutbah Pertama :

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang rasul dari kalangan mereka yang membacakan kepada mereka ayat ayat Allah dan mensucikan mereka serta mengajarkan kepada mereka Al kitab dan hikmah …….”

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata : “Apabila digandengkan Al-Kitab dengan Al-Hikmah maka yang dimaksud dengan Al-Hikmah adalah As-Sunnah.”

Termasuk dari nikmat Allah yang paling besar adalah nikmat Islam dan Iman serta taufik untuk mengenal sunnah.

Untuk dapat merealisasikan Iman dan Islam serta mengikuti Sunnah Nabi adalah dengan ilmu yang bermanfaat. Itu merupakan kunci hidayah yang akan mengantarkan untuk mendapatkan nikmat Islam dan Iman. Oleh karena itulah datang berbagai dalil dari kitabullah dan sunnah dalam memberikan dorongan untuk menuntut dan mencari tambahan ilmu.

Bahkankah wahyu yang paling pertama turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah :

“Bacalah dengan menyebut nama Rabbmu yang telah menciptakanmu.”

Dan tidaklah Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali untuk meminta tambahan ilmu.

“Dan katakanlah, Wahai Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu.”

Dalam Sunnah Nabi telah memberikan motivasi untuk menuntut ilmu. Yang mana semangat untuk menuntut ilmu merupakan semangat untuk berpegang dengan agama. Di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

“Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju Surga.”

Dan juga telah datang dari riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Muawiyah radhiyallahu ‘anhu :

“Barangsiapa yang Allah kehendaki untuknya kebaikan maka akan Allah jadikan ia faqih dalam masalah agama.”

Termasuk tanda bahwa Allah telah memberikan kepada hambanya kebaikan adalah dia diberi taufik untuk menuntut ilmu. Dan dalil dalil dalam masalah ini banyak sekali.

Maka termasuk dari tujuan yang paling mulia dan tuntutan yang paling tinggi adalah saling tolong menolong dalam salah satu perkara dari perkara perkara agama.

Allah Ta’ala berfirman

“Dan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.”

Dan termasuk dalam sebaik baik tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan adalah adalah tolong menolong dalam masalah ilmu dan mencurahkan diri untuk menuntut ilmu.

Dengan menuntut ilmu akan menolong diri seorang hamba, istrinya dan anaknya dalam menerapkan Islam dan Sunnah. Maka wajib untuk tolong menolong dalam masalah ini.

Syaikhul Islam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Jihad ada 2 :

–          jihad dengan pedang dan tombak,

–          jihad dengan hujjah dan keterangan.

Kemudian beliau menyebutkan ayat :

“Dan berjihadlah dengan jihad yang besar.”

Maka dengan demikian diketahui bahwa kesungguhan terbesar dan jihad terbesar di jalan Allah adalah saling tolong menolong dalam mengokohkan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu, dan ini termasuk salah satu dari pintu-pintu kebaikan yang paling besar dan pintu pembuka segala kebaikan.

 

Khutbah Kedua

Allah Ta’ala telah menjadikan salah satu bulan dari bulan-bulan kebaikan dan kita akan berada di bulan kebaikan tersebut yang seorang muslim bersungguh-sungguh di dalam mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itulah hendaklah ia memberikan perhatian terhadap bulan kebaikan tersebut dalam menambah ketaatan dengan cara memperbanyak kebaikan.

Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah :

“Shalat yang lima waktu, dari Jum’at yang satu ke Jum’at berikutnya, dari Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa besar.”

Pada Bulan tersebut seorang hamba diberi kemudahan oleh Allah yang mana di luar bulan tersebut dia tidak diberi kemudahan seperti itu, syaithan dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, dan pintu-pintu surga dibuka sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih dari hadits Abu Hurairah.

Oleh karena itulah setiap muslim hendaklah berusaha untuk mencurahkan segala usaha di bulan tersebut (Ramadhan). Dan hal itu akan menjadi sebab untuk bisa menunaikan zakat nafsihi, mensucikan hati, menambah amalannya.

Puasa tidaklah sekedar puasa dari makan dan minum akan tetapi hakekat puasa adalah menahan diri dari segala kemaksiatan. Nabi bersabda ;

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan yang dusta dan amalan maksiat maka Allah tidak butuh terhadap apa yang dia lakukan dalam meninggalkan makan, minum dan syahwatnya.”

Para ulama mengatakan bahwa puasa itu bertingkat-tingkat

Tingkatan yang tertinggi adalah dia menahan diri dari makan, minum, syahwat, kemudian menahan anggota badannya dari maksiat, dan menahan hatinya dari berbagai maksiat yang lainnya. Maka apabila seorang muslim mampu menggabungkan ketiga hal ini maka dia adalah benar-benar seorang yang melaksanakan puasa dan benar-benar merealisasikan ibadah ini kepada Allah. Dan apabila tidak demikian halnya maka sesungguhnya ia berada dalam kekurangan tidak sebagaimana yang Allah harapkan dari kebaikan yang bisa didapat dari ibadah puasanya tersebut.

Nabi bersabda sebagaimana dalam hadits qudsi :

“Allah mengatakan : semua amalan anak adam adalah untuknya kecuali puasa. Karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku. Dan Aku yang akan membalasnya. Dan sata kebaikan akan dilipatgandakan sebanyak 10 kali dengan yang semisalnya.”

Dalam ibadah Puasa terdapat pahala yang besar yang dilipatgandakan pahala tersebut.

Oleh karena itulah bersungguh-sungguhlah dalam melaksanakan amalan ini. Tidak sekedar menunaikan kewajibannya semata-mata, namun juga melaksanakan segala ibadah yang lainnya seperti ibadah ibadah sunnah dan lainnya hingga benar-benar tercapai makna dari puasa itu sendiri dan akan menyempurnakan ibadah puasa tersebut. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam benar-benar memberikan perhatian untuk melaksanakan amalan ibadah di bulan Ramadhan ini baik di awal, tengah dan akhir dari bulan Ramadhan, baik ibadah puasa, shalat malam, shadaqah dan segala amalan ibadah yang lainnya.

(NB : tulisan di atas hanyalah intisari ringkas, sebagian besarnya kami sampaikan secara makna. Mohon ma’af jika ada kekurangan atau kesalahan. Untuk tepat dan lengkapnya isi khutbah beliau silakan download rekaman suaranya pada link di atas)

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button