Fiqih

HUKUM MEMAKAI JIMAT

al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah,

“Menggantungkan/memakai tamaim (jimat) termasuk hal yang diharamkan dan syirik.

Jimat : sesuatu yang ditulis di atas lembaran kain atau kertas, atau lembaran yang terbuat dari kulit atau lainnya. Di situ ditulis rajah-rajah tidak dimengerti maknanya. Bahkan tertulis di situ nama-nama sebagian syaithan atau sebagian jin. Bahkan terkadang tertulis padanya do’a-do’a atau ayat-ayat. Kemudian digantungkan (atau dikenakan, pen) apa orang yang sakit atau bayi dengan keyakinan bahwa itu bisa menangkal jin dari mereka. Sebagian lagi menggantungkan jimat-jimat tersebut untuk menangkal ‘ain. Dulu kaum jahiliyyah bisa melakukan itu. Mereka menggantungkan jimat-jimat pada anak-anak, atau memasang senar pada onta dengan keyakinan bahwa itu bisa menolak bala’.
Ini karena jahil (kebodohan) mereka terhadap Allah, dan karena kurangnya ilmu. Oleh karena itu Nabi — shallallahu ‘alaihi wa sallam —memerintahkan untuk memotong/memutus jimat-jimat. Beliau bersabda,

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] (من تعلق تميمة فلا أتم الله له، ومن تعلق ودعة فلا ودع الله له، ومن تعلق تميمة فقد أشرك)[/sc_typo_arabic]

“Barangsiapa menggantungkan tamimah (jimat) maka Allah tidak sempurnakan untuknya. Barangsiapa yang menggantungkan tiram maka Allah tidak akan menyayanginya. Barangsiapa menggantungkan tamimah maka DIA TELAH BERBUAT SYIRIK.”

Beliau juga melarang menggantungkan senar kepada hewan-hewan tunggangan, bahkan beliau mengutus kepada pasukan perangnya orang yang bertugas menghilangkan itu semua dan memutuskan senar-senar tersebut, yaitu yang digantungkan pada onta atau kuda.

Jadi, menggantungkan senar dan jimat merupakan perkara yang dikenal pada masa jahiliyyah. Nabi — shallallahu alahi wa sallam — pun melarang dan membatalkannya.

Menggantungkan jimat dan senar menurut para ulama hukumnya adalah SYIRIK ASHGHAR (kecil) apabila orang yang menggantungkannya meyakini itu hanya sebagai sebab. Namun kalau dia meyakini bahwa jimat-jimat itulah yang menolak bala, atau menolak kejelekan, maka yang demikian hukumnya SYIRIK AKBAR (besar). Na’udzubillah

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] قال العلامة عبد العزيز بن باز رحمه الله[/sc_typo_arabic]

[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] تعليق التمائم من المحرمات الشركية، والتمائم: هي ما يكتب في الرقاع، خرق أو قراطيس أو رقاع من الجلد أو غير ذلك، يكتب فيها طلاسم، لا تعرف معناها وبما يكتب فيها أسماء لبعض الشياطين، بعض الجن، وربما كتب فيها دعوات أو آيات ثم تعلق على المريض أو على الطفل، يزعمون أنها تدفع عنهم الجن، وبعضهم يعلقها لدفع العين، وكانت الجاهلية تفعل ذلك، تعلق التمائم على الأولاد، والأوتار على الإبل، ويزعمون أنها تدفع عنهم البلاء، وهذا من الجهل بالله، وقلة البصيرة، ولهذا أمر النبي بقطع التمائم -عليه الصلاة والسلام- وقال: (من تعلق تميمة فلا أتم الله له، ومن تعلق ودعة فلا ودع الله له، ومن تعلق تميمة فقد أشرك)، ونهى عن تعليق الأوتار على الدواب، وبعث في الجيوش من يزيل ذلك، ويقطع الأوتار، وهي التي تعلق على الإبل أو الخيل. والمقصود أن تعليق الأوتار والتمائم أمر كان معروفاً في الجاهلية، فنهى عنه النبي -صلى الله عليه وسلم- وأبطله. والتعليق للتمائم والأوتار عند أهل العلم من الشرك الأصغر، إذا كان قصد المعلق أنها سبب، أما إذا قصد المعلق أنها تدفع بنفسها، وأنها تصرف السوء بنفسها، فهذا شرك أكبر نعوذ بالله.[/sc_typo_arabic]

http://www.binbaz.org.sa/noor/1024

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button