Fatawa

Muhkam dan Mutasyabih Dalam Al-Qur’an

 

Sebuah pertanyaan diajukan kepada Samahah asy-Syaikh al-‘Allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah
(Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi, Ketua Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa, Ketua Lembaga Ulama Senior Arab Saudi)

السؤال 
أرجو إعطاءنا توضيحًا شافيًا عن الفرق بين المُحْكَم والمُتشابه في القرآن الكريم

الجواب
أحسن ما قيل في ذلك: أن المحكم هو ما وضح معناه، والمتشابه: ما يخفى معناه على العالم، والواجب ردّ المشتبه إلى المحكم، وألا يُفسّر بشيءٍ يُخالف المحكم، كما قال النبيُّ ﷺإذا رأيتُم الذين يتَّبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمَّى الله فاحذروهم
فالواجب أن يُردّ المتشابه إلى المحكم، فالمحكم من القرآن: ما وضح معناه، كآيات الصلاة، وما حرَّم الله من المحرَّمات، وغير ذلك، وما اشتبه معناه يُردّ إلى المحكم، ويُفسّر بالمحكم، ولا يجوز أبدًا أن يُفسّر بخلاف المحكم؛ لأن القرآن لا يتناقض، بل يصدق بعضُه بعضًا، ويُشبه بعضه بعضًا
فالواجب على أهل العلم أن يردّوا ما اشتبه عليهم إلى ما وضح لهم من المحكمات، وهكذا ما جاء في السنة: الرد إلى المحكم

Pertanyaan:

Saya berharap untuk dijelaskan dengan penjelasan yang gamblang tentang perbedaan antara (ayat-ayat) muhkam dan mutasyabih di dalam al-Quranul Karim.

Jawaban:

“Penjelasan yang terbaik tentang masalah itu adalah bahwasanya muhkam adalah ayat-ayat yang telah jelas maknanya, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang masih tersamarkan maknanya bagi seorang yang berilmu (ulama).

Yang wajib adalah mengembalikan mutasyabih kepada yang muhkam, dan tidak menafsirkan (mutasyabih) dengan sesuatu yang menyelesihi yang muhkam.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم

“Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabih, mereka itulah orang-orang yang Allah maksudkan (dalam firman-Nya), ‘maka berhati-hatilah dari mereka’.”

Maka yang wajib adalah mengembalikan mutasyabih kepada yang muhkam.

Ayat-ayat muhkam dari al-Quran adalah yang telah gamblang maknanya, seperti ayat-ayat tentang shalat, dan segala yang Allah haramkan dari perkara-perkara yang haram dan lain sebagainya. Dan segala yang masih samar maknanya, dikembalikan kepada yang muhkam dan ditafsirkan dengannya. Tidak boleh sama sekali ditafsirkan dengan makna yang menyelisihi ayat-ayat yang muhkam. Karena al-Quran tidaklah saling bertentangan, bahkan ayat-ayatnya saling membenarkan dan saling menyerupai sebagiannya dengan sebagian yang lain.

Maka wajib atas para ulama untuk mengembalikan segala makna yang tersamarkan bagi mereka kepada makna yang gamblang dari ayat-ayat yang muhkam. Demikian pula segala yang datang dari as-Sunnah yaitu mengembalikan kepada yang muhkam.

Sumber: https://binbaz.org.sa/

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button