Buletin Dakwah

Wajib Mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla Dalam Ibadah

Buletin Dakwah Virtual | Manhajul Anbiya | Edisi 1

بسم الله الرحمن الرحيم

Ketahuilah bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan makhluk agar beribadah kepada-Nya satu-satu-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Allah Ta’ala berfirman,

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ الذاريات: ٥٦

Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku saja.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

﴿وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ ﴾ النساء: ٣٦

Beribadahlah kepada Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. an-Nisa: 36)

Ibadah yang Allah perintahkan ini tidak mungkin dipahami dengan baik kecuali dengan ilmu. Oleh karenanya Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berilmu (belajar) tentang Lailaaha illallah. Allah berfirman,

Ketahuilah (berilmulah) bahwa tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan beristighfarlah (mohon ampunlah) untuk dosa-dosamu dan untuk kaum mukminin dan mukminat.” (QS. Muhammad: 19)

Pada ayat tersebut Allah memulai dengan perintah untuk berilmu sebelum perintah berkata dan beramal.

Perkara terbesar yang harus dipelajari oleh setiap muslim adalah Tauhidullah (mengesakan Allah dalam ibadah). Karena merupakan prinsip agama dan pondasinya. Agama tidak akan tegak kecuali dengan tauhid.

Tauhid merupakan kewajiban pertama dan utama atas setiap muslim. Tauhid merupakan rukun Islam yang pertama yang wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap muslim.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

«بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَالحَجِّ »

Islam dibangun di atas lima rukun: Syahadat Lailaaha illallah (tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah) dan bahwa Muhammad adalah rasulullah, Menegakkan shalat, Membayar zakat, Berpuasa Ramadhan, dan Haji.” (HR. al-Bukhari no 8, Muslim 20)

Dalam riwayat Muslim, pada rukun pertama, dengan lafazh:

«بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ، عَلَى أَنْ يَعْبُدَ اللهَ، وَيَكْفُرَ بِمَا دُوْنَهُ، …. »

Islam dibangun di atas lima rukun: beribadah kepada Allah dan mengingkari segala yang diibadahi selain-Nya, … “ (HR. Muslim no. 16)

Hal ini menunjukkan bahwa makna Syahadat Lailallah illallah adalah: Beribadah kepada Allah dan mengingkari segala sesuatu yang diibadahi selain-Nya.

Ketika mengutus shahabat Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu berdakwah ke negeri Yaman, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berpesan,

« … فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ، فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا فَعَلُوا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا، فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ»

Jadikanlah yang pertama kali engkau dakwahkan adalah (kewajiban) beribadah kepada Allah. Apabila mereka telah mengenal Allah, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Apabila mereka telah mengerjakannya, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka Zakat (yang diambil) dari harta mereka dan dikembalikan kepada kaum fakir di kalangan mereka. Apabila mereka telah menaati kewajiban ini, maka ambillah dari mereka dan hindarilah (mengambil) harta mereka yang paling baik.” (HR. al-Bukhari 1458, Muslim 19)

Hadits ini menunjukkan bahwa:

mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam ibadah adalah kewajiban pertama dan utama atas setiap musim;

shalat lima waktu merupakan kewajiban terbesar atas setiap muslim setelah kewajiban bertauhid;

– zakat merupakan kewajiban terbesar setelah shalat lima waktu.

* * *

Ikhlash (memurnikan) dan tauhid (mengesakan) ibadah hanya untuk Allah merupakan pohon di dalam hati, cabang-cabangnya adalah amal, sedangkan buahnya adalah kehidupan yang baik di dunia dan kenikmatan yang kekal di akhirat. Sebagaimana buah-buahan di surga tak berhenti berbuah dan terlarang mengambilnya, maka buah tauhid dan ikhlash di dunia pun demikian kondisinya.

Demikian pula kesyirikan (menyekutukan Allah dalam ibadah), dusta, dan riya’ merupakan pohon di dalam hati. Buahnya di dunia adalah rasa takut, gundah, dan gelisah, serta sempit dada dan kegelapan hati. Sedangkan buahnya di akhirat adalah zaqqum (pohon yang keluar dari dasar neraka jahim) dan adzab yang kekal. (lihat al-Fawaid, Ibnul Qayyim: 164)

Sesungguhnya segala kebaikan di alam ini, sebabnya adalah tauhidullah, beribadah hanya kepada-Nya, dan menaati Rasul-Nya. Sebaliknya, segala kejelekan, fitnah, bencana, kekeringan, terjajah oleh musuh, dan lainnya sebabnya adalah menyelisihi Rasul-Nya dan ajakan kepada selain Allah dan Rasul-Nya. (lihat Bada’i al-Fawaid, Ibnul Qayyim: 3/525)

Link unduh versi PDF:

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button