Buletin Dakwah

Tauhid Dalam Pandangan Salafush Shalih

Buletin Dakwah Virtual | Manhajul Anbiya | Edisi 6

بسم الله الرحمن الرحيم

Baginda Nabi pernah ditanya tentang amal apakah yang paling utama? Maka beliau menjawab, “Beriman kepada Allah.” (HR. al-Bukhari no. 26, Muslim no. 84)

Beriman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama. Beriman kepada Allah adalah:

– Beriman bahwa Allah adalah satu-satu-Nya Rabb (Pencipta, Penguasa, dan Pengatur alam semesta dan segala isinya) tiada sekutu bagi-Nya. Ini disebut pula Tauhid ar-Rububiyyah.

– Beriman bahwa Allah adalah satu-satu-Nya Ilah atau Ma’bud (yang berhak diibadahi dengan penuh pengagungan, pengerendahan diri, dan kecintaan terhadap-Nya) tiada sekutu bagi-Nya. Ini disebut pula Tauhid ar-Uluhiyyah.

– Beriman bahwa Allah maha sempurna dengan al-Asma al-Husna wa ash-Shifat al-‘Ula (Nama-nama-Nya yang Indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi) serta dengan segala perbuatan-Nya, tidak ada sesuatupun yang serupa dan setara dengan-Nya. Ini disebut pula Tauhid al-Asma’ wa ash-Shifat.

Allah berfirman,

{ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (102)} [الأنعام: 102]

(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu Dialah Allah Tuhan (Rabb) kalian; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Dia; Pencipta segala sesuatu, maka beribadahlah kalian kepada-Nya; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” (al-An’am: 102)

Apabila telah pasti bahwa Dia adalah Allah, yang tidak ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Dia, maka tujukanlah semua macam ibadah hanya kepada-Nya, murnikanlah hanya untuk-Nya, dan niatkanlah untuk mendapatkan ridha-Nya. Sesungguhnya inilah tujuan penciptaan manusia. (lihat Tafsir as-Sa’di).

Pada ayat di atas, Allah memberitakan: (dialah Allah Rabb kalian; … Pencipta segala sesuatu,) ini adalah Tauhid ar-Rububiyyah; (tidak ada ilah selain dia; …, Maka beribadahlah kepada-Nya;) ini adalah Tauhid al-Uluhiyyah; (… dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.) ini adalah Tauhid al-Asma wa ash-Shifat.

Al-Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath-Thahawi (wafat tahun 321 H) rahimahullah .

Dalam salah satu karya monumentalnya, Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah, Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi mengatakan:

Dengan memohon taufiq dari Allah, kami katakan dengan penuh keyakinan tentang tauhidullah, bahwa sesungguhnya Allah adalah Esa tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada sesuatupun yang semisal/serupa dengan-Nya, tidak ada sesuatupun yang bisa mengalahkannya, tidak ada ilah selain Dia.”

Pernyataan Al-Imam Ath-Thahawi rahimahullah di atas menunjukkan,

Allah adalah Esa tidak ada sekutu bagi-Nya” meliputi tiga jenis tauhid sekaligus, karena Allah Esa dalam Rububiyyah-Nya, dalam Uluhiyyah-Nya, dan dalam Asma dan Shifat-Nya . (lihat Syarh ath-Thahawiyah karya Ibnu Abil ‘Izz)

Tidak ada sesuatupun yang semisal dengan-Nya” ini adalah Tauhid al-Asma` wa ash-Shifat

Tidak ada sesuatupun yang bisa mengalahkannya”, ini adalah Tauhid ar-Rububiyyah.

Tidak ada ilah selain Dia” ini adalah Tauhid al-Uluhiyyah.

Al-Imam ‘Ubaidullah bin Muhammad bin Baththah Al-’Ukbari (wafat tahun 387 H) rahimahullah dalam karya besarnya yang berjudul Al-Ibanah al-Kubra, beliau mengatakan:

“Bahwa dasar iman kepada Allah yang wajib atas makhluk (manusia dan jin) untuk meyakininya dalam menetapkan keimanan kepada-Nya, ada tiga hal:

Pertama: Seorang hamba harus meyakini Rububiyyah-Nya, yang dengan itu dia menjadi berbeda dengan atheis yang tidak menetapkan adanya pencipta.

Kedua: Seorang hamba harus meyakini Wahdaniyyah-Nya (Uluhiyyah-Nya), yang dengan itu dia menjadi berbeda dengan jalannya orang-orang musyrik yang mengakui sang Pencipta namun menyekutukan-Nya dengan beribadah kepada selain-Nya.

Ketiga: Meyakini bahwa Dia (Allah) bersifat dengan sifat-sifat (kesempurnaan) yang Dia harus bersifat dengannya, berupa sifat Ilmu, Qudrah, Hikmah, dan semua sifat yang Dia menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya.” (al-Ibanah ‘an Syari’ah al-Firqah an-Najiyyah wa Mujanabati al-Firaq al-Madzmumah, hal. 172-173).

Tauhid dengan tiga macamnya di atas, merupakan satu kesatuan yang utuh dari rukun iman yang pertama, yaitu beriman kepada Allah. Tidak boleh diimani salah satunya saja dan mengingkari yang lain. Contohnya, jika seseorang yang meyakini Allah sebagai pencipta alam, pemberi rizki, namun meyakini bahwa ibadah tidak harus ditujukan kepada Allah saja dan boleh ditujukan kepada selain-Nya, maka orang seperti ini belum bertauhid dan belum beriman kepada Allah, walaupun dia meyakini Allah sebagai pencipta, penguasa, dan pengatur jagat raya ini.

Demikian pula jika seseorang menolak sifat-sifat Allah, misalnya tidak mau beriman bahwa Allah berbicara, mendengar, dan melihat, maka dia belum beriman kepada Allah. Atau meyakini bahwa sifat-sifat Allah serupa dengan sifat makhluk, maka dia juga belum beriman kepada Allah.

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Keyakinan terhadap aqidah yang aku berada di atasnya dan aku melihat para ulama ahlul hadits yang aku berjumpa dengan mereka dan mengambil ilmu dari mereka, seperti Imam Sufyan ats-Tsauri dan Imam Malik, dan lainnya, juga berada di atasnya adalah: beriman terhadap syahadat lailaha illallah (bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah) dan syahadat Muhammadar Rasulullah (bahwa Muhammad adalah Rasulullah), dan beriman pula bahwa Allah Ta’ala di atas ‘Arsy di atas langit, … .” riwayat ini sebagaimana disebutkan oleh al-Hafizh Abdul Ghani dalam kitab I’tiqad asy-Syafi’i (lihat Mukhtashar ash-Shawaiq al-Mursalah, hal. 437-438)

Link unduh versi PDF:

Link unduh versi Image:

06_TAUHID DALAM PANDANGAN SALAF

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button